Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Fahri Bongkar Dosa Prabowo Subianto

Fahri Bongkar Dosa Prabowo Subianto Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melalui akun Twitter pribadinya, Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah ikut menyemarakkan hari lahir Calon Presiden nomor urut 02 Parabowo Subianto yang ke-67.

Politisi senior PKS ini menceritakan perkenalan dirinya dengan Ketua Umum Partai Gerindra ini, termasuk sepenggal perjalanan politik sang jenderal yang pernah menjabat Danjen Kopassus dan Pangkostrad.

Ia mengaku telah mengenal Prabowo sebelum 1998. Fahri yang sebagai aktivis mahasiswa UI sering bergerilya bertemu elit negeri yang sedang nampak berbeda gagasan.

"Ada kelompok reformis ada yang status quo. Kata-kata ini sangat terkenal di kalangan aktivis dahulu. Mahasiswa sedang gelisah," tulis Fahri, Rabu (17/10/2018).

Sambungnya, "Menarik saja mendengar, berkenalan atau berdiskusi dengan seorang di masa itu yang kompleks identitasnya; anak prof Sumitro guru besar kami di FEUI, menantu pak Harto yg sedang sangat berkuasa, dianggap berwarna 'hijau'," lanjut Fahri.

Ia mengatakan, pada era orde baru jarang orang yang boleh nampak membangun akar ke bawah. Dan Prabowo tidak membangun jaringan ke bawah, tapi dia hadir dalam pertemuan dua arus hijau; tentara dan Islam. Pasca rezim Beni Moerdani di TNI, yang jadi momok kelompok Islam.

"Jadilah @prabowo dan Habibie (di kalangan sipil) menjadi tumpuan baru kelompok yang merindukan sikap negara yang lebih baik terhadap mereka. Dua orang itu berhasil dipecah. Tetapi arus besar tetap ada. Dan @prabowo menjalani takdirnya sebagai manusia yang berada di tengah gejolak," ucapya.

Selain itu, Ia merasakan betul bagaimana dua aktor ini terpaksa muncul lalu dimatikan. Seperti BJ Habibie yang hanya diberiĀ  kesempatan memimpin bangsa ini 1,7 tahun. Faktanya, dalam masa singkat itu, Habibie menuai prestasi yang luar biasa, namun dicitrakan sebagai monster yang bahaya.

"Suatu hari, almarhum Adi Sasono menceritakan kepada saya tentang seorang wartawati CNN datang untuk mewawancara pak Presiden Habibie. Ia datang dengan mindset akan mewawancarai orang yang berbahaya. Tapi sepanjang wawancara justru perempuan itu terpukau," cuit Fahri.

Sambungnya, "Saking bercampur perasaan wartawati itu tentang apa yang ia ketahui sebelumnya tentang Presiden Habibie dengan kenyataan yang ia hadapi, ia meminta apakah boleh menyentuh presiden. "Mr President, can I touch you?" Dan Pak Habibie menjulurkan tangannya. 'Sure!'," sambungnya.

Lanjut Fahri, Ia masih menceritakan cerita Alm Adi Sasono, "Konon masih menurut almarhum Adi Sasono, wartawati CNN itu keluar dari rumah Pak Habibie di kompleks Patra Kuningan dengan perasaan bercampur, "kenapa orang yang begini baik, dicitrakan berbahaya seperti monster?". Barat pada waktu itu memang sangat anti Habibie," masih kata Fahri.

Dalam milad tahun ini, Ia ingin menyatakan perasaan yang sama. Yaitu, Habibie seolah hanya boleh menjadi presiden 1,7 tahun. Padahal kita tahu bagaimana prestasi beliau. Dan belakangan kita tahu bagaimana romantismya beliau dari riwayat hidup keluarga beliau.

"Begitulah saya mengenal pak @prabowo sudah lebih dari 20 tahun ini. Saya mengerti pada pusaran politik apa dia berputar, saya juga mengerti bagaiman upaya orang menghancurkan karakternya. Ada banyak fiksi yang mereka bangun tentang orang yang hari ini berumur 67 tahun," terangnya.

"Memang dosa @prabowo adalah terlalu dikenal oleh musuh-musuhnya. Hal ini karena narasi yang ia bangun saat orde baru sama saja dengan sekarang; ia seorang pembaharu. Lebih 20 tahun lalu saya melihat dia juga berpidato berapi-api sebagai Pangkostrad atau Danjen Kopassus. Di zaman orba," lanjut Fahri.

Suatu hari, Fahri lupa persisnya kapan, di rumah Prabowo di kawasan Kemang setelah menjadi pengusaha murni. Tidak ada politik hari itu, tapi tiba-tiba Prabowo masih menasihati dia dan beberapa teman. Nasihat seperti ini, "kalian masih muda dan jangan tinggalkan tradisi perjuangan, berdiskusi dan membangun jaringan".

"Itu yang membuat saya yakin, bahwa @prabowo tak akan betah hanya menjadi pengusaha, tradisi berpikir idealisnya kental sekali. Dan benar akhirnya dengan kawan-kawan dekatnya beliau membangun partai @Gerindra yang sekarang menjadi partai papan atas. #Milad67Prabowo," terangnya.

Sambungnya, tidak mudah membangun partai dan berjuang melalui jalur demokrasi ini. Dan ini adalah bantahan bahwa Prabowo tidak komit dengan demokrasi. Seolah kalau dia akan menjadi presiden dia akan seperti diktator masa lalu. Itu tidak benar dan itu telah terbantahkan.

"Tapi itulah tugas narator pasangan @prabowosandiuno ke depan. Lawan lah fiksi itu dengan memori sejarah yang benar. Sebab tanggal 17 April 2019 sudah dekat. Hari ketika rakyat akan memilih presiden NKRI dalam ruang kotak suara yang tertutup. @prabowo atau @jokowi. Entah," demikian tulis Fahri Hamzah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: