Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Central Market, Pasar Seni Warisan Budaya Sekaligus Magnet Belanja

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Central Market, Pasar Seni Warisan Budaya Sekaligus Magnet Belanja Kredit Foto: Dwi Mukti Wibowo
Warta Ekonomi, Jakarta -

"Kira-kira tempat apa yang spesifik dan menarik untuk dikunjungi. Mumpung hari masih siang nih?" tanya seorang teman yang baru pertama kali ke Malaysia.

"Ke Central Market saja atau Pasar Seni. Sekalian kita beli oleh-oleh di sana. Di sana lengkap banget," ujar salah seorang kawan yang sering melakukan perjalanan bolak-balik ke Malaysia mencoba memberikan pandangan.

"Di sana banyak barang seni juga tuh?" Mendengar pusatnya barang seni, langsung saja rasa penasaran itu muncul. Tanpa pikir panjang, segera saja kutelepon driver untuk mengantar ke sana. Menurut pengemudi yang berdarah asli Malaysia, Central Market terletak di jantung ibukota Kuala Lumpur, berjarak tempuh hanya beberapa menit dari Petaling Street.

Baik Pasar Seni maupun Petaling Street, keduanya merupakan budaya dan warisan Malaysia yang melegenda dan terkenal. Central Market atau biasa dikenal dengan Pasar Seni di Malaysia sudah ada sejak tahun 1.888 silam. Dahulu, Central Market dikenal sebagai Pasar Besar Kuala Lumpur yang menjual barang-barang basah seperti ikan, daging, ayam, dan sayur-sayuran. Atau barang-barang yang dijual adalah barang-barang keperluan sehari-hari para penduduk dan penambang biji timah di Kuala Lumpur.

Kini, Pasar Seni dijadikan tempat belanja pernak-pernik, aneka makanan, atau aneka oleh-oleh khas Malaysia, serta aneka ragam benda seni, suvenir, dan lain-lain.

Kenapa disebut Pasar Seni? Di Central Market, mudah ditemukan barang-barang seni seperti patung pahatan, kain etnik, lukisan, dan juga berbagai oleh-oleh seperti gantungan kunci, kotak pensil, sandal khas Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Hal yang membuat Pasar Seni ini ramai setiap hari karena berbelanja di Central Market terbilang nyaman. Di samping bangunannya bersih dan dilengkapi pendingin ruangan.

Bagaimana dengan harga-harganya? Untuk harga di beberapa kios di Central Market relatif sangat terjangkau isi dompet. Ada yang dapat ditawar, namun ada beberapa yang tidak dapat ditawar alias harga pas. Selain menjual barang seni, Pasar Seni menyediakan panggung tempat pengunjung dapat menikmati acara seni dan budaya yang penuh warna. Termasuk, Annexe Gallery yang berada di belakang Central Market. Tempat ini adalah tempat populer untuk mengadakan acara seperti pemutaran film, pameran seni, dan wacana publik.

Ada hal lain yang juga menarik perhatian para pengunjung sebelum memasuki bangunan Pasar Seni. Tak lain adalah ikon patung tulisan Central Market yang cukup besar. Tulisan ini menjadi magnet yang membuat para pendatang atau para kaum muda tertarik melakukan selfie sekaligus mengabadikan diri sebagai tanda bukti pernah ke sana. Tak ketinggalan kami dan teman-teman ikut antre mengabadikan diri. Begitu masuk ke Central Market, pandangan mata sudah berbelanja dari sudut ke sudut, dari bawah ke atas, dan langsung disambut berbagai kios penjual pernak-pernik dari perak dan kayu.

Ada Little India yang berisi suvenir bergaya negeri Shahrukh Khan. Ada Lorong Melayu dengan berbagai kios penjual barang khas Malaysia. Ada Lorong Chinese yang berisi barang dagangan bergaya Negeri Tirai Bambu. Ada Lorong Kolonial dengan berbagai barang unik bergaya masa kolonial hingga Lorong Kelapa yang diisi pedagang oleh-oleh makanan ringan seperti cokelat, permen, hingga keripik.

Sebenarnya, apa yang menarik dan menyenangkan untuk dilakukan selama berkunjung di Central Market? Pertama, berburu oleh-oleh. Central Market adalah tempat yang tepat untuk mencari oleh-oleh. Beragam pernak-pernik dari gantungan kunci, magnet kulkas, hingga benda seni dalam ukuran besar seperti lukisan, ukiran, patung, dan sebagainya bisa didapatkan dengan harga yang bersahabat.

Kedua, cuci mata dan mencari inspirasi. Central Market adalah tempat menyenangkan untuk cuci mata dan mencari inspirasi. Jika tidak ingin berbelanja maka bisa menyusuri setiap lorong demi lorong sekedar menyegarkan pandangan. Ketiga, memuaskan lidah dan perut. Kalau perut sedang keroncongan maka di lantai mezzanine tersedia food court untuk me-recharge energi sebelum kembali berkeliling.

Mau makan berat atau sekadar camil-camil sambil membasahi kerongkongan, tinggal pilih mau duduk di mana. Ada Old Town White Coffee dan Precious Old China Resto & Bar bila ingin mendapatkan suasana yang berbeda. Keempat, membuat karikatur dan belajar membatik di Annex Gallery. Di situ ada gerai-gerai yang juga berfungsi sebagai galeri untuk memajang karya para pekerja seni Malaysia. Di galeri-galeri itu, pengunjung dapat memesan karikatur diri ataupun belajar membatik. Galeri ini, sebenarnya tak jauh beda para seniman yang membuat karikatur di Kota Tua, Blok M, atau di Pasar Baru.

Kelima, menikmati pentas seni dan budaya. Jika kaki sudah lelah berkeliling namun masih belum ingin bergegas dari Central Market, di luar gedung ada panggung terbuka yang biasanya ramai pada malam hari menyajikan pentas seni dan budaya. Ada juga sajian musik etnik Dayak di acara Borneo Festival. Keenam, jalan-jalan di Kasturi Walk. Di samping Central Market ada sebuah jalan kecil sepanjang 100 meter yang ramai dengan penjaja makanan dan minuman dari gorengan hingga dimsum.

Ada juga penjual souvenir termasuk yang berjualan aksesoris HP, kaos, kaca mata cengdem pun resto cepat saji. Kasturi Walk mulai dibuka pada 2011 sebagai pelangkap wisata Central Market, tempat jajan yang murah meriah. Sebelum memasuki gerbangnya, ditandai dengan wau (=layang-layang) raksasa. Hampir mirip Pasar Baru Jakarta. Yang membedakan, hanya kerapiannya dan jalannya yang tidak becek.

Dari tulisan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat dipetik dari Central Market ini yakni

1. Sebagai warisan budaya, Central Market di Kuala Lumpur telah ada sejak tahun 1888. Meskipun aspek tradisionalnya masih kuat, arsitekturnya memiliki nilai seni yang begitu tinggi sehingga lokasi pasar ini kemudian dimasukkan sebagai Situs Warisan;

2. Central Market ini memberikan tempat khusus bagi orang-orang yang memiliki jiwa seni tinggi dan memberikan kesempatan untuk memajang barang kerajinan dan kesenian hasil kreasi dan daya cipta para seniman lokal maupun seniman dari luar negeri yang ikut berunjuk gigi memamerkan hasil karya dan imajinasinya yang telah tertuang dalam benda-benda bernilai seni tinggi;

3. Central Market ini memanglah berbeda, lebih mengedepankan kenyamanan. Ruangannya dilengkapi dengan pendingin sehingga membuat pengunjung nyaman meskipun berjam-jam berkeliling di dalamnya. Tak perlu pula takut berbecek-becek karena lantainya beralaskan ubin bercorak yang cantik;

4. Adanya spesialisasi lorong atau pengkavlingan pilihan yang dapat mempermudah pengunjung mencari barang yang diburu. Ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan waktu bagi para pengunjung terutama yang berasal dari luar Malaysia. Itulah sebabnya, Central Market dilengkapi empat lorong berbeda dilihat dari ragam barang yang dipajang, yaitu Lorong Cina, Lorong India, Lorong Melayu, dan Lorong Kelapa. Jadi, jika pengunjung ingin mencari pernak-pernik dari Cina pastinya tidak pergi ke Lorong India, tapi ke lorong Cina. Demikian juga sebaliknya;

5. Terdapat beberapa kerajinan termasuk kain batik dan pernik-pernik lainnya yang berasal dari tanah air. Barang-barang kerajinan ini banyak dijumpai di Pasar Thamcit maupun Pasar Tanah Abang. Ini mengindikasikan jika peluang ekspor kerajinan Indonesia ke negara tetangga masih sedikit, belum maksimal;

6. Dari pengamatan beberapa pedagang di Central Market, orang Indonesia yang datang di Central Market selalu memborong dan memiliki daya beli kuat dibandingkan dengan orang-orang lokal maupun wisatawan negara lainnya. Belanja barang-barang konsumtif seolah-olah telah menjadi branding.

Simpulan

- Malaysia merupakan salah satu negara Asia Tenggara yang sangat jeli mengemas objek wisata menjadi tujuan wisata prioritas. Contohnya, Central Market yang sebenarnya hanya pasar oleh-oleh dan cindera mata, namun dengan sentuhan seni dan mengadopsi budaya seluruh bangsa membuat Central Market ini menjadi ikon pasar yang mendunia;

- Indonesia memiliki pasar-pasar yang sekelas dengan Central Market bahkan lebih dari itu. Hanya saja persoalannya, perlu kemasan dan promosi yang lebih masif dan inovatif. Selain budaya lokal, nuansa budaya internasional yang mewakili kebudayaan antarbangsa perlu diangkat dan dikedepankan karena akan menyerap pangsa pasar yang selama ini terlewat;

- Perlu penetapan salah satu pasar di Indonesia menjadi Central Market di Indonesia. Diyakini jika Central Market di Indonesia akan lebih holistik karena selain akan dilengkapi dengan pernak-pernik yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia maupun pernak-pernik dari berbagai bangsa.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: