Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

4 Tahun Capaian Kemenristekdikti, Publikasi Ilmiah-Produk Inovasi Pemuda Meningkat

4 Tahun Capaian Kemenristekdikti, Publikasi Ilmiah-Produk Inovasi Pemuda Meningkat Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam empat tahun terakhir, terjadi kemajuan pesat dalam publikasi penelitian ilmiah dan produk inovasi anak bangsa. Hal itu terjadi setelah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melakukan reformasi dalam birokrasi publikasi penelitian ilmiah.

"Perlahan tapi pasti, mulai tumbuh para wirausahawan dari 2016 hanya 203 orang, menjadi 601 orang pada 2017. Kemudian, pada 2018 meningkat menjadi 1.000-an lebih," ujar Menristekdikti Mohamad Nasir.

Hal itu merupakan hasil dari upaya Kemenristekdikti selama 2015 hingga 2017 dalam memberdayakan wirausahawan berbasis riset. Salah satu bentuk usaha itu adalah startup.

"Inovasi startup dasarnya dari riset. Kalau tidak ada riset, akan ngawur. Jadi, ini prestasi dari hasil riset dan penelitian di dalam negeri," kata Nasir. 

Sejalan dengan capaian itu, jumlah publikasi ilmiah oleh para dosen perguruan tinggi atau pun para peneliti lembaga dan litbang ikut mengalami peningkatan. Pada 2013 lalu, Indonesia hanya merilis publikasi ilmiah sebanyak 5.299 buah. Sementara, saat itu Singapura telah melakukan 18 ribu publikasi ilmiah. Ada pula Thailand 9.200 buah publikasi.

Menristekdikti menambahkan, "Dengan adanya perbaikan terkait regulasi penelitian dan publikasi ilmiah, per 10 Oktober 2018, Indonesia sudah memiliki 20.610 publikasi ilmiah. Jumlah tersebut sudah mengalahkan Thailand, Malaysia, dan Singapura."

Inovasi Anak Bangsa

Nasir turut memaparkan sejumlah inovasi anak bangsa yang dapat bermanfaat bagi kepentingan publik. Inovasi tersebut diciptakan di berbagai sektor, mulai dari transportasi hingga pangan. 

Di sektor transportasi, ada produk kapal pelat baja datar yang diproduksi dari galangan di Jakarta, bekerja sama dengan Universitas Indonesia. Kapal itu dapat digunakan untuk pelayaran regional.

"Yang menarik, karena terbuat dari pelat baja, lebih hemat biayanya dari bahan fiber dan kayu. Baja ini lebih murah dan lifetime-nya lebih panjang dan bisa di-recycling," jelas Nasir.

Selain itu, ada pula produk transportasi lain berupa motor listrik gesit. Motor tersebut memakai spidometer dengan memanfaatkan smartphone dan kontennya sudah mencapai 88%.

"Kami sudah uji coba sampai Denpasar, Bali dan tidak ada masalah. Ini kapasitas pabriknya bisa diproduksi 50 ribu unit dalam satu line. Bisa menggantikan motor bensin karena memakai listrik," ujar Nasir lagi.

Sementara di produk pangan, terdapat inovasi yang mampu menghasilkan padi bibit unggul jenis Rojo Lele dengan kemampuan panen 9 ton hingga 11,2 ton per hektare.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: