Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Musim Hujan Datang, Ujian Pertama untuk Anies Baswedan (1)

Musim Hujan Datang, Ujian Pertama untuk Anies Baswedan (1) Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gerobak-gerobak penjaja jas hujan berderet di sisi ujung Jalan Matraman Jakarta Timur. Pedagangnya menawarkan aneka model jas hujan kepada pengguna jalan yang melintas di jalan di kawasan Jatinegara itu. Beragam harga ditawarkan, mulai dari Rp15 ribu hingga puluhan, bahkan ratusan ribu per buah.

Penjualan jas hujan itu tampak semakin marak dalam beberapa hari terakhir. Hal itu menandakan meningkatnya permintaan atau kebutuhan masyarakat. Permintaan yang meningkat menunjukkan bahwa Jakarta telah memasuki musim hujan. Tentu orang berpikir untuk apa membeli jas hujan pada saat musim kemarau kecuali sedikit orang yang memang sengaja membelinya untuk menghadapi musim hujan.

Orang yang membeli jas hujan pada musim kemarau lebih pada pertimbangan kebutuhan jangka beberapa bulan mendatang. Namun membeli jas hujan di musim hujan adalah kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, kecuali bagi mereka yang sudah punya persediaan.

Yang terjadi memang Jakarta mulai digujur hujan setelah beberapa bulan lalu melalui musim kemarau. Pergantian musim dari kemarau ke musim hujan ini diantisipasi warga dengan beragam langkah, termasuk menyediakan perlengkapan berkendara (untuk sepeda motor) saat terjadi hujan.

Tentu saja banyak langkah lain yang dilakukan warga Ibu Kota Jakarta untuk mengantisipasi masalah saat musim hujan. Banjir merupakan masalah klasik yang sering dihadapi warganya. Untuk masalah ini ini tentu warga sudah mengantisipasinya. Misalnya, pada kawasan permukiman dilakukan dengan membersihkan selokan atau drainase guna memperlancar aliran air.

Yang sangat penting adalah bagaimana kesiapan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dibawah Anies Baswedan dalam mengantisipasi banjir. Ini adalah hajat rutin sejak dulu hingga saat ini. Sebagai wilayah dataran, banjir merupakan ancaman yang masih menjadi pekerjaan berat Jakarta. Dalam peta topografi sangat jelas tergambar bahwa Jakarta berada di pinggir teluk dan merupakan dataran rendah bila dibanding dengan wilayah selatan dan timur.

Topografi yang rendah dibanding wilayah sekitarnya itu ditandai dengan banyaknya sungai yang mengalir dan melintasi menuju Teluk Jakarta. Data menunjukkan bahwa ada 13 sungai melintasi Jakarta. Kota metropolitan ini memang dikepung sungai dari tiga penjuru. Setiap puncak musim hujan inilah sungai-sungai itu sering meluap dan menggenangi wilayah.

Umumnya sungai-sungai itu merupakan anak-anak sungai dari Sungai Ciliwung dari wilayah selatan, yakni Bogor (Jawa Barat). Kalau dari arah selatan Sungai Ciliwung beserta anak-anaknya, maka dari arah barat (Provinsi Banten) ada Sungai Cisadane masuk Jakarta.

Dari timur ada Kalimalang yang mengalirkan air dari wilayah Purwakarta dan Karawang. Ini menambah beban pekejaan menangani masalah kelebihan air di musim hujan. Dari wilayah utara ada Teluk Jakarta yang juga potensial menyumbang berlimpahnya air di Jakarta. Bahkan ancaman dari utara terjadi setiap waktu dengan situasi yang biasa disebut sebagai banjir rob.

Ancaman dan potensi banjir di Jakarta juga berasal dari atas, yaitu hujan. Kalau hujan terus-menerus tanpa diibangi dengan selokan atau drainase yang memadai, maka di situlah ancaman menjadi kenyataan. Kalau selokan atau drainase kurang mampu menampung aliran air hujan, alamat banjir datang seketika. Apalagi kalau selokan atau drainase itu penuh sampah, banjir sedikit saja jalanan tergenang air dan menjadi awal terjadinya kemacetan parah.

Maka lengkaplah potensi ancaman banjir di wilayah Jakarta. Dari arah selatan, barat, timur, utara dan dari atas! Inilah pekerjaan berat dan rutin yang masih menjadi harus diselesaikan oleh jajaran pemerintah beserta pihak terkait, termasuk warganya.

Pintu Air Salah satu simpul penyebab banjir di Jakarta adalah sampah. Di saat puncak hujan terjadi saja, sungai-sungai sudah sangat terbebani air dari arah selatan. Momok banjir semakin menjadi kenyataan manakala aliran sungai-sungai itu disertai sampah. Tidak ada sampah saja, aliran sungai potensial meluap, apalagi disertai smpah yang menyumbat pintu-pintu air.

Pekerjaan membersihkan sampah di pintu-pintu inilah yang tampaknya sedang menjadi fokus. Salah satunya di pintu air Manggarai Jakarta. Sejak Sabtu (20/10) sampah di pintu air Manggarai semakin meningkat. Apalagi sekarang sudah memasuki musim hujan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: