Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Tetap Berkibar di Tengah Penguatan Dolar

Rupiah Tetap Berkibar di Tengah Penguatan Dolar Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Global Head of Currency Strategy & Market Research FXTM, Jameel Ahmad, menilai, meningkatnya selera risiko dan membaiknya pandangan terhadap pasar saham global mendukung penguatan sejumlah mata uang pasar berkembang Asia Pasifik walaupun Dolar meningkat mendekati level tertinggi baru di tahun 2018.

Pada saat laporan ini dituliskan, Rupiah sedikit menguat sebesar 0.01% bersama Yuan China, Peso Filipina, dan Won Korea yang juga menguat terhadap Dolar AS di hari Rabu (31/10/2018). Data Bloomberg menyebutkan, nilai tukar Rupiah hari ini ditutup pada level Rp15.202 per dolar AS, menguat 0,14% dibandingkan posisi kemarin yang berada dilevel Rp15.223 per dolar AS.

"Berita bahwa Dolar meningkat sangat mendekati level tertinggi baru 2018 akan menjadi tantangan baru bagi mata uang pasar berkembang. Rupiah jelas belum ditaklukkan oleh peningkatan tekanan saat ini," ujar Jameel, Rabu (31/10/2018)

Satu hal yang menarik, Rupee India telah merosot 0,5% lagi karena isu independensi bank sentral terus menjadi masalah di India. Rupee India sudah menjadi mata uang berkinerja terburuk di Asia, namun potensi penurunan lebih lanjut bagi Rupee dapat menjadi potensi risiko negatif bagi mata uang lainnya di wilayah ini. Hal ini termasuk Rupiah.

Di sisi lain, minat investor terhadap Dolar memberi dampak negatif terhadap Euro, Yen Jepang, dan Pound Inggris. GBPUSD anjlok dari 1.3250 menjadi 1.27 dalam sekitar tiga pekan saja, dan kembalinya permasalahan pelik mengenai ketidakpastian Brexit juga menjadi risiko bagi Pound untuk terus menurun menjelang November ini.

"Melemahnya Yen selama tiga hari perdagangan terakhir adalah akibat apresiasi Dolar AS. USDJPY turun hampir 150 pips pekan ini pada saat laporan ini dituliskan," paparnya.

Menurutnya, penurunan Euro lebih mengkhawatirkan lagi bagi pasar keuangan. Ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa semakin besar dan menjadi alasan bagi trader untuk membuat Euro semakin merosot. Pada saat laporan ini dituliskan, Euro berada mendekati 1.12 dan walaupun Euro diperkirakan akan memantul dari level ini di jangka panjang, sentimen jangka pendek bagi Euro tetap bearish.

Dolar yang menguat juga menimbulkan tekanan jual bagi emas. Logam mulia ini telah turun hampir $40 sejak akhir pekan lalu. Kesimpulannya, Dolar yang kembali menguat akan menimbulkan kesulitan bagi valuasi mata uang global lainnya.

"Ini adalah risiko yang wajib dipantau oleh mata uang pasar berkembang di seluruh Asia dan sangat mungkin menjadi faktor utama bagi performa Rupiah di pekan perdagangan ini," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: