Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peran Krusial Black Box dalam Insiden Kecelakaan Pesawat

Peran Krusial Black Box dalam Insiden Kecelakaan Pesawat Kredit Foto: Lion Air Group
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketika para penyelidik tiba di lokasi kecelakaan penerbangan, salah satu prioritas pertama mereka adalah menemukan kotak hitam (black box) pesawat itu, dua peralatan yang dapat menyimpan petunjuk penting tentang apa yang menyebabkan pesawat jatuh.

Pada Rabu (31/10/2018), pihak berwenang Indonesia yakin bahwa teknologi sonar telah menunjukkan lokasi jet Lion Air yang jatuh, setelah dua hari mencari reruntuhan dan data krusialnya.

Ada 189 orang di pesawat JT610 Boeing 737-MAX, salah satu model jet penumpang komersial terbaru dan paling maju di dunia, seperti dilansir dari Channel NewsAsia, Kamis (1/11/2018).

Pengakuan Lion Air bahwa pesawat itu memiliki masalah teknis yang tidak spesifik pada penerbangan sebelumnya serta pesawat mendadak menukik tajam hanya 12 menit setelah tinggal landas, telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah itu memiliki kesalahan khusus untuk model yang baru dirilis.

Mengambil kotak hitam akan menjadi kunci. Harta karun informasi yang mereka sediakan membantu menjelaskan hampir 90 persen dari semua kecelakaan, menurut pakar penerbangan.

Terlepas dari namanya, dua kotak yang terdiri dari perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit sebenarnya berwarna oranye terang dengan garis pantulan, dan semua pesawat komersial wajib memilikinya di pesawat.

Perekam data penerbangan digital mengumpulkan informasi tentang kecepatan, ketinggian dan arah pesawat dengan penyimpanan yang cukup selama 25 jam data, sementara perekam suara kokpit melacak percakapan dan suara lainnya di kabin pilot.

Menganalisis data dapat memakan waktu beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu tergantung pada keadaan black box itu, menurut seorang ahli yang bekerja pada investigasi 2004 dari Boeing 737 yang jatuh ke Laut Merah setelah lepas landas dari Sharm el-Sheikh, dengan hilangnya semua 148 nyawa di dalam pesawat.

Namun, temuan tersebut seringkali tidak dirilis secara terbuka sampai semua informasi telah diperiksa secara terperinci.

Diperkenalkan pada tahun 1960-an, alat perekam penerbangan yang ditempatkan di kotak-kotak yang dibangun untuk bertahan hidup dari guncangan ekstrem, api, dan kondisi di bawah tanah dengan waktu yang lama.

Mereka masing-masing seberat tujuh hingga 10 kilogram dan dapat bertahan sedalam 6.000 meter di bawah air atau satu jam pada 1.100 derajat Celcius. Agar lebih mudah ditemukan, mereka dilengkapi dengan suar yang dapat memancarkan sinyal selama satu bulan.

Pada Januari 2004, kotak hitam pesawat carter Mesir yang jatuh di lepas pantai Sharm el-Sheikh ditemukan setelah pencarian dua minggu, bertempat pada 1.022 meter di bawah air.

Pada tahun 2011, setelah 23 bulan terendam di kedalaman 3.900 meter di Samudera Atlantik, kotak hitam pesawat Air France AF447 yang melakukan perjalanan antara Rio dan Paris diambil, dengan data yang utuh, memungkinkan penyelidik untuk menentukan penyebab kecelakaan pada 1 Juni 2009 lalu.

Penerbangan JT610 menghantam air sedalam 30-40 meter yang seharusnya membuat tugas memulihkan kotak hitam secara signifikan lebih mudah bagi peneliti di Indonesia.

Jet penumpang Airbus A350 dan A380 jarak jauh akan segera dilengkapi dengan kotak hitam yang bisa dilempar, sehingga lebih mudah ditemukan dalam kecelakaan udara di laut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: