Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Defisit Neraca Perdagangan Hambat Laju Pertumbuhan

Defisit Neraca Perdagangan Hambat Laju Pertumbuhan Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kondisi defisit neraca perdagangan dinilai ikut berkontribusi dalam merosotnya pertumbuhan ekonomi Indonesia .Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III/2018 mencapai 5,17% atau sedikit lebih lambat bila dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,27%.  Sehingga secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi hingga periode akhir September 2018 tercatat mencapai 5,17%.

Kepala BPS  Suhariyanto mengungkapkan bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi nasional tertahan oleh  defisit neraca perdagangan.

"Defisit neraca perdagangan menjadi kendala meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita, karena defisit menjadi faktor pengurang," kata Suhariyanto dalam komferensi pers di Jakarta, Senin (5/11/2018).

Ia mengatakan, nilai ekspor  barang Indonesia pada kuartal III 2018 tercatat mencapai US$46,99 miliar atau naik sebesar 7,48% (q-to-q) dan naik 8,33% (yoy). Namun  sayangnya, pertumbuhan ekspor tersebut belum bisa mengimbangi naiknya impor  di kuartal III lalu yang mencapai USD$49,72 miliar atau naik sebesar 10,25% (q-to-q) dan  naik 23,71% (yoy).

"Kita sudah tahu, ekspor triwulan  ini, naik 8,33% secara year on year (yoy). Permasalahannya di impor yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor. Tumbuh impor naik 23,71% (yoy), sehingga terjadi defisit," jelas dia.

BPS sendiri mencatat secara akumulatif periode Januari hingga September 2018 neraca perdagangan masih defisit jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$3,78 miliar. Dengan rincian nilai ekspor US$134,99 miliar dan impor USS$138,77 miliar.

Namun di sisi lain lanjut dia realisasi pertumbuhan kuartal III 2018 masih  tertolong oleh peningkatan  realisasi belanja pemerintah (APBN). Hingga kuartal III-2018 mencapai Rp568,15 triliun atau 25,58% dari 2018 sebesar Rp2.220,70 triliun.

“Naiknya realisasi belanja didorong adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah pusat. Kenaikan belanja pemerintah pusat didorong kenaikan realisasi belanja pegawai, belanja barang ,belanja modal, maupun belanja sosial,”pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: