Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

5 Tips TÜV Rheinland bagi Perusahaan Hadapi Industri 4.0

5 Tips TÜV Rheinland bagi Perusahaan Hadapi Industri 4.0 Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

TÜV Rheinland, penyedia layanan pengujian, inspeksi, dan sertifikasi, menjabarkan keahliannya yang dapat membantu perusahaan di Asia Pasifik, terutama Indonesia, dalam meningkatkan kemampuan untuk meraih berbagai peluang bisnis di era industri 4.0 melalui transformasi digital.

Saat masyarakat menikmati manfaat Internet of Things (IoT) yang nirkabel dan Industrial Internet of Things (IIoT), berbagai risiko tidak dapat dihindari. Frekuensi, cakupan dan kecanggihan serangan siber telah mencapai tingkatan baru di 2016 lalu. Hal ini membuat para pelaku bisnis menuntut solusi untuk mengamankan sistem suplai pusat, pertukaran data yang aman, dan sistem produksi yang bisa diandalkan.

 

Selain integrasi keselamatan fungsional untuk melindungan bisnis dari gangguan teknis, serta serangan keamanan siber yang biasa terjadi, ada juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengamanan otomatisasi proses serta kontrol untuk mencegah kegagalan sistem.

Ralf Scheller, Chief Operating Officer, TÜV Rheinland AG mengatahkan bahwa pihaknya bukan hanya ingin memberikan efisiensi dan biaya yang lebih rendah kepada perusahaan, tapi juga ingin mengamankan data, jaringan, serta sistem produksi yang dimiliki pelanggan mereka.

"TÜV Rheinland melakukan ini melalui beragam layanan, antara lain konsultasi, desain solusi, penerapan, pengujian, dan sertifikasi Industrial Control Systems (ICS) yang disediakan untuk operator infrastruktur, manufaktur, insinyur pabrik, dan integrator sistem di tingkat global," kata dia dalam siaran pers, Senin (5/11/2018).

Berikut beberapa tips yang dapat dipertimbangkan untuk menghadapi industry 4.0.

1. Memahami proses IT dan industrial umum dengan lebih mendalam, sehingga perusahaan mampu mensinergikan dan memperoleh rekomendasi secara sistematis.

2. Menerapkan standar keamanan yang lebih tinggi untuk perangkat, sistem, dan komponen di perusahaan, serta menyesuaikannya dengan standar industrial, yang biasanya diperoleh melalui sertifikasi.

3. Mendorong insiatif proaktif dari perusahaan untuk meningkatkan sistem keamanannya di luar ketentuan keamanan yang wajib dari pemerintah.

4. Melakukan pendekatan Security by Design atau keamanan yang disesuaikan sejak awal perencanaan, di mana potensi gangguan di komponen dan sistemnya lebih diperhatikan. Cara ini akan mengurangi risiko dan pendeteksian gangguan pun bisa dilakukan lebih awal.

 

5. Membangun budaya Security-Sentris di perusahaan dengan menyediakan pelatihan yang holistik untuk generasi desainer dan insinyur berikutnya dengan lebih awal dan berkelanjutan agar mampu menyediakan pertahanan yang terbaik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: