Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Triwulan III, Laju Pertumbuhan Ekonomi Jabar Capai 5,5%

BI: Triwulan III, Laju Pertumbuhan Ekonomi Jabar Capai 5,5% Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Bandung -

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jawa Barat pada triwulan III-2018 masih didorong oleh permintaan domestik. Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KpW) Jawa Barat mencatat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tercatat sebesar 5,58% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan II 2018 (5,65%,yoy). Namun, realisasi ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata LPE Jawa Barat triwulan III pada kurun waktu 2014-2017 yang tercatat sebesar 5,32% (yoy). 

Kepala KPwBI Jabar Doni P Joewono menjelaskan perlambatan pertumbuhan triwulan III 2018 disebabkan oleh melambatnya kinerja LU perdagangan seiring dengan melambatnya konsumsi RT. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan permintaan masyarakat setelah sebelumnya pada triwulan II 2018 terdapat momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta Pilkada serentak 2018.

"Kinerja pertanian juga terpantau melambat, akibat musim kemarau yang melanda Jawa Barat cukup panjang. Namun, perlambatan ini tertahan oleh meningkatnya konsumsi pemerintah seiring dengan persiapan pemilihan umum 2019, serta peningkatan ekspor khususnya ekspor ke Amerika Serikat," jelasnya kepada wartawan di Bandung, Rabu (7/11/2018).

Doni mengungkapkan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2018 diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan III 2018 yang didorong khususnya dari sisi domestik. Perkiraan tersebut didukung oleh berbagai hasil survei seperti Survei Konsumen, Survei Kegiatan Dunia Usaha dan liaison kepada berbagai perusahaan. Konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah diperkirakan meningkatseiring meningkatnya permintaan masyarakat menjelang liburan akhir tahun. 

"Selain itu, persiapan menjelang Pemilihan Umum tahun 2019 juga turut mendorong konsumsi baik swasta maupun pemerintah," ujarnya.

Sedangkan dari sisi lapangan usaha, kinerja industri pengolahan diperkirakan juga terdorong oleh permintaan domestik yang meningkat. Di sisi lain, masih ada potensi ekspor khususnya ke Amerika Serikat seiring perbaikan ekonomi AS yang terus berlanjut. Kinerja perdagangan juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan permintaan masyarakat menjelang akhir tahun yang meningkat.

"Untuk keseluruhan tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2017," ungkapnya.

Dorongan diperkirakan terutama berasal dari sisi domestik khususnya konsumsi lembaga non profit dan pemerintah. Penyelenggaraan Pilkada serentak di 16 Kabupaten/Kota mendorong peningkatan konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah pada tahun 2018. 

Selain itu, penyelenggaraan Asian Games untuk beberapa cabang olahraga yang diselenggarakan di Jawa Barat turut memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2018. 

Adapun dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan masih menjadi pendorong utama tumbuhnya ekonomi Jawa Barat. Hal ini untuk memenuhi permintaan domestik yang cukup tinggi di tahun 2018. Selain itu, sektor konstruksi pun diperkirakan meningkat baik konstruksi yang berasal dari proyek pemerintah maupun untuk kebutuhan residensial.

"Tingginya pertumbuhan kredit perumahan di tengah relaksasi ketentuan LTV diperkirakan akan berdampak positif terhadap peningkatan lapangan usaha," ujarnya.

Dia menambahkan pada Oktober 2018, inflasi Jawa Barat tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy) meskipun masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Inflasi tahun ke tahun Jawa Barat pada Oktober 2018 mencapai 3,48% (yoy) lebih tinggi daripada nasional sebesar 3,16% (yoy). Secara bulanan, Jawa Barat mengalami inflasi 0,29% (mtm) yang didorong terutama oleh peningkatan harga bensin, cabai merah, batu bata, pasir dan jeruk.

Dari tujuh kota perhitungan inflasi di Jawa Barat mengalami inflasi dengan inflasi bulanan tertinggi di Kota Bandung (0,50%). Tetapi dari sisi inflasi tahun ke tahun, inflasi tertinggi terjadi di Kota Bekasi 3,84% (yoy) dan terendah di Kota Tasikmalaya 2,43% (yoy).  

Hal yang juga perlu menjadi perhatian bersama adalah inflasi tahunan Jawa Barat lebih tinggi daripada provinsi lain di Jawa. Inflasi terendah adalah di DIY 2,74% (yoy) dan tertinggi Jawa Barat 3,48% (yoy). 

Beberapa risiko inflasi hingga akhir tahun antara lain kenaikan harga BBM non subsidi yang merupakan dampak dari harga minyak mentah dunia yang terus meningkat, kenaikan biaya transportasi dan beberapa jenis komoditas pangan. 

Oleh karena itu, untuk mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional 3,5%±1% (yoy), Tim Pengendalian Inflasi di Jawa Barat telah menyusun aksi nyata/strategi sesuai dengan roadmap TPID. Diantaranya yaitu kerjasama antar daerah khususnya dengan DKI Jakarta dan Banten, optimalisasi Sistem Resi Gudang di Indramayu dan Subang, optimalisasi satgas pangan untuk menjaga kelancaran pasokan dan distribusi serta bantuan armada angkut untuk TPID Kota Bandung. 

Dengan perkembangan tersebut, inflasi Jawa Barat hingga akhir tahun 2018 diperkirakan tetap terkendali dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,5%±1%. 

"Seperti di level nasional, BI Jabar juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah, guna mengendalikan inflasi terjaga pada level yang rendah dan stabil," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: