Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kok 'Sontoloyo' dan 'Genderuwo' Bisa Keluar? Ini Alasannya

Kok 'Sontoloyo' dan 'Genderuwo' Bisa Keluar? Ini Alasannya Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu menyebut 'politikus sontoloyo' dan 'politik genderuwo'. Karena itu, Jokowi dinilai gerah dengan kubu oposisi yang terus-terusan mengritiknya.

 

Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai penyataan Jokowi tersebut dikarena kinerjanya seolah tidak diakui oleh oposis, dalam hal ini kubu Prabowo-Sandiaga selama empat tahun memimpin. Padahal, tidak semua pencapaian Jokowi mendapat rapor merah.

 

"Intinya Pak Jokowi klimaks karena terus-terusan dianggap tidak melakukan apa pun, dan kerjaannya dianggap tidak ada artinya, dan kemudian Pak Jokowi ini melakukan suatu spontanitas politik seperti menyebut istilah genderuwo, sontoloyo, dan menakut-nakuti," katanya di Jakarta, Senin (12/11/2018).

 

Ia menambahkan, penggunaan istilah yang disampaikan Jokowi bisa bermasalah karena dapat menjadi bahan kritikan dari kubu Prabowo. Olehnya itu, Jokowi diminta tetap menyampaikan narasi-narasi yang substansial atau tidak menyindir.

 

"Memang pemilihan diksi ini bermasalah. Bukan hanya Pak Jokowi dan Pak Prabowo, masalahnya adalah penggunaan diksi ini cenderung nyinyir dan bernada merendahkan. Sekalipun ada pertarungan klaim bahwa Jokowi sukses, terus Prabowo anggap tidak sukses, mestinya diksi-diksi yang disampaikan harus lebih subtantif," jelasnya.

 

Tidak hanya itu, Jokowi juga diminta tidak terpancing dengan serangan oposisi. Secara komunikasi politik, Jokowi hanya perlu memaparkan capaian-capaian pemerintah untuk menangkal serangan.

 

Sekadar diketahui, narasi 'politikus sontoloyo' disampaikan Jokowi untuk pihak yang mengadu domba, menyebar fitnah, dan memecah belah demi merebut kekuasaan. Sedangkan istilah 'politik genderuwo' ditujukan kepada politikus yang kerap menyebarkan propaganda yang menakut-nakuti masyarakat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: