Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Membengkak 90,40%, Biaya Eksplorasi Preliminary Antam Sentuh Angka Rp3,77 Miliar

Membengkak 90,40%, Biaya Eksplorasi Preliminary Antam Sentuh Angka Rp3,77 Miliar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatat ada pembengkakan pada biaya eksplorasi preliminary bulan Oktober lalu. Antam menyebutkan, di bulan Oktober, biaya eksplorasi preliminary Antam mencapai Rp3,77 miliar, meningkat 90,40% dari tahun lalu yang hanya Rp1,97 miliar. 

Sekretaris Antam, Apriliandi H. Setia, mengungkapkan bahwa per Oktober lalu, eksplorasi Antam berfokus padatiga komoditas, yaitu komoditas emas, nikel, dan bauksit. Ia menjelaskan, kegiatan eksplorasi emas Antam dilakukan di Pongkor dan Cibaliung. 

“Kegiatan eksplorasi emas Antam di Pongkor menggunakan model geologi dan pemboran, sedangkan di Cibaliung menggunakan model pemetaan geologi, pengukuran geofisika, ground magnet, dan pemboran inti,” ungkap Apriliandi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (14/11/2018). 

Adapun eksplorasi nikel Antam dilakukan di tiga tempat yang berbeda, yaitu di Pomalaa, Tapunopaka, dan Waylukum. Untuk Pomalaa dan Tapunopaka eksplorasi dilakukan melalui kegitan percontoan core, logging core, pemboran single, pengukuran grid, preparasi dan analisa conto laboratorium. Sementara untuk eksplorasi di Waylukum ada kegiatan yang berbeda, yaitu pemetaan geologi. 

“Eksplorasi bauksit Antam di wilayah Mempawah dilakukan dengan pengukuran grid, pengukuran GPS, pemetaan geologi, pembuatan test pit, dan logging test pit,” tambahnya. 

Pada setiap komoditas tersebut, Antam menyatakan biaya eksplorasi yang dikeluarkan berbeda-beda.

“Total biaya eksplorasi preliminary emas mencapai Rp915,12 juta, nikel mencapai Rp2,62 miliar, dan bauksit mencapai Rp237,29 juta,” tutupnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: