Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Greenpeace Tegaskan Tidak Anti Sawit

Greenpeace Tegaskan Tidak Anti Sawit Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia Kiki Taufik menegaskan sikap Greenpeace sejak awal tidak pernah antisawit dan percaya bahwa minyak sawit sangat penting bagi petani serta ekonomi Indonesia, dan harus dipertahankan.

Namun demikian, seperti dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Rabu, pihaknya menyesalkan adanya berita yang menyebut soal aksi Greenpeace duduki tangki sawit.

Kiki mengatakan dengan adanya Inpres Moratorium Sawit (Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit), maka secara tidak langsung meyakini bahwa ada permasalahan di sektor kelapa sawit.

Persoalan utamanya, lanjut dia, terletak di sejumlah pedagang minyak sawit yang masih terkait praktik perusakan hutan, salah satunya ialah Wilmar sebagai pedagang sawit terbesar di dunia.

"Tahun 2013, Wilmar pernah mengumumkan kebijakan NDPE atau kebijakan `tanpa deforestasi, tanpa pembukaan gambut, tanpa eksploitasi`. Namun, analisis Greenpeace yang terangkum dalam laporan `Hitung Mundur Terakhir' menemukan bahwa Wilmar masih mendapatkan minyak sawit dari kelompok-kelompok perusahaan yang menghancurkan hutan dan melakukan penyerobotan lahan dari komunitas lokal. Ini jelas pelanggaran komitmen NDPE," ujar Kiki.

Sementara itu, pada 2010, menurut dia, anggota Consumer Goods Forum telah berjanji untuk membersihkan deforestasi dari rantai pasok seluruh komoditasnya pada 2020, bukan hanya minyak sawit tetapi juga soya (kedelai), bubur kertas, kayu dan daging termasuk di dalamnya.

"Waktu terus berjalan bagi mereka untuk memenuhi janji itu dan dengan kurang dari 500 hari lagi, kita tidak dapat membiarkan industri sawit gagal," ujar Kiki.

Seharusnya, menurut dia, pemerintah dan DPR menyoroti dan mengawasi perilaku pedagang-pedagang minyak sawit, karena akibat perilaku mereka, komoditas sawit Indonesia tengah menghadapi risiko pengurangan drastis ke negara-negara Uni Eropa. Kondisi ini tidak menguntungkan, karena sawit telah menjadi sumber penghidupan 22 juta masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: