Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Feedmill Dituduh Jadi Biang Kerok Harga Jagung Tinggi, Apindo: Nalarnya Dipakai!

Feedmill Dituduh Jadi Biang Kerok Harga Jagung Tinggi, Apindo: Nalarnya Dipakai! Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pernyataan Kementerian Pertanian (Kementan) yang menuduh perusahaan pabrik pakan besar (feedmill) sebagai penyebab tingginya harga jagung di pasaran, dianggap tidak berdasar dan tak bernalar. Kementan justru dianggap hanya berusaha melemparkan tanggung jawab ke pihak lain untuk menutupi ketidakmampuannya mengelola pasokan jagung. Pernyataan itu bertendensi membentrokkan peternak dengan industri pakan.

Ketua Presidium Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi menuturkan, gudang-gudang feedmill tidak cukup besar untuk bisa menampung produksi jagung yang mencapai hampir 30 juta dalam setahun ini.

"Sekarang nalarnya dipakai. Memang kemampuan gudang feedmill itu berapa juta ton? Bulog saja sebagai badan logistik kapasitas gudangnya cuma berapa ribu ton," ujar Ki Musbar kepada wartawan.

Ia mengilustrasikan, per tiga bulan, produksi jagung nasional bisa mencapai 10 juta ton jika mengikuti klaim Kementan. Apabila 70%-nya disebutkan diserap oleh feedmill, maka tiap tiga bulan, pabrik pakan besar ini memiliki stok 7 juta ton jagung pakan.

Padahal kebutuhan jagung industri hanya 700 ribu ton per bulan atau setara 2,1 juta ton dalam satu kuartal. Ditambah dengan buffer stock sekitar 1 juta ton untuk 1,5 bulan, kelebihan jagung yang bisa diserap feedmill dari petani hanya mencapai 4 juta ton.

“Jagung itu mau disimpan di mana? Bisa nutupin jalan depan pabrik sampai 10 kilo kali. Itu ke mana? Memang jagungnya jagung siluman?" sindir Ki Musbar. 

Ia pun meminta Kementan mengakui realitas yang ada dan tidak menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam. Kenyataannya, saat ini harga jagung sudah melonjak hingga Rp5.700-5.800 kg rata-rata secara nasional. Padahal, harga yang direkomendasikan untuk jagung pakan hanyalah Rp4.000-an per kg.

"Sekarang feedmill sama peternak itu sama-sama user. Memang 10 juta ton gudangnya di mana? Nalarnya dipakai deh. Jangan nuduh feedmill sebagai pengijon," tegas pria ini lagi. 

Ia balik bertanya kepada Kementan, apabila benar ada produksi hingga 30 juta ton, berapa besar benih yang mesti dipakai untuk mencapai produksi tersebut. Dalam kenyataannya, produksi benih nasional tidak mencapai 60 ribu ton per tahun. 

Senada, Ketua Bidang Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit mengatakan, tuduhan Kementan yang mengambinghitamkan feedmill sebagai penyebab tingginya harga jagung adalah mengada-ada. Ia meyakini tidak ada mekanisme panjar atau dibeli lebih dulu oleh pengusaha pakan.

"Tidak ada itu panjar-panjar. Ini cari-cari alasan saja Kementan. Kalau mau cari alasan yang masuk akal dong," ujarnya, Selasa (13/11).

Dijelaskannya, sistem pembelian jagung oleh pengusaha pakan ke petani adalah tunai. Mekanisme panjar baru dilakukan jika barang terbatas. Mekanisme panjar, menurutnya, juga cenderung tidak dipilih. Pengusaha tidak mau menanggung kerugian jika petani jagung gagal panen.

"Kalau Kementan bilang ada surplus jagung, mana ada panjar-panjar? Jadi, ini kan bertolak belakang dengan ucapan mentan yang bilang surplus jagung 12 juta ton," tukasnya.

Soal klaim surplus 12 juta ton lebih jagung, juga dinilainya aneh. Jika ada jagung sebanyak itu, pengusaha pakan tidak akan mampu menampung stoknya.

"Jadi, 12 juta ton jagung itu akan ada jutaan truk yang mengangkut jagung. Itu tiga kali kapasitas gudang Bulog, sementara kapasitas gudang pengusaha pakan se-Indonesia paling hanya untuk dua bulan, alias 1,6 juta ton karena produksi nasional hanya sekitar 800 ribu ton sebulan," tutur Anton. 

Ia menambahkan, klaim surplus jagung 12 juta ton oleh Kementan juga tidak masuk akal dari pembiayaan. Pengusaha pastinya tidak ingin ada uang Rp58 triliun senilai surplus itu, yang mengendap. 

"Pakai akal sehat saja, pengusaha mana bisa menyimpan jagung banyak-banyak begitu, mau simpan di mana?" ucapnya kesal.

Terhadap polemik jagung ini, anggota Komisi IV dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Zainut Tauhid Sa'adi pun meminta Satgas Pangan segera mengambil langkah hukum. Jika benar tingginya harga jagung di pasaran karena dikuasai feedmill, hal ini harus dibuktikan. Pasalnya, situasi tersebut termasuk dalam tudingan praktik monopoli dan penimbunan produksi jagung.

Zainut mengaku, DPR juga akan memanggil Menteri Amran. Tujuannya, untuk meminta penjelasan Kementan terkait ketida akuratan laporan dengan fakta di lapangan.

"Iya, setelah reses untuk masa sidang ke depan, akan kami panggil (Mentan)," tegasnya di kesempatan berbeda.

Pasalnya, tingginya harga jual jagung di pasaran secara langsug mematahkan pernyataan Mentan Andi Amran Sulaiman terkait surplus produksi jagung. Faktanya, harga jagung di pasaran telah mencapai Rp5.700-5.800 per kg.

"Ini artinya distribusi jagung di pasar sangat kurang, sehingga harga naik," kata Zainut. 

Sebelumnya, Kementan menyebut pasokan jagung di Indonesia kebanyakan dikuasai oleh perusahaan pabrik pakan besar (feedmill). Perkiraannya, 70% jagung petani langsung diijon oleh feedmill, sehingga menyebabkan harga jagung melambung.

"Kalau Anda ke lapangan, jagung itu sudah dipanjar (sudah dibeli dulu oleh feedmill), itu nyata," ungkap Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita beberapa waktu lalu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: