Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Proyeksi Kebijakan B20 Mampu Tekan CAD 0,2% di 2019

BI Proyeksi Kebijakan B20 Mampu Tekan CAD 0,2% di 2019 Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Solo -

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan kebijakan pemerintah terkait kewajiban penggunaan minyak solar dengan campuran biodiesel 20 persen (B20) akan berdampak ke defiist transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) mulai tahun depan.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, kewajiban B20 bisa menekan CAD sebesar 0,1 hingga 0,2% terhadap produk domestik bruto (PDB) di tahun depan. Adapun selama tahun depan, bank sentral menargetkan CAD di bawah 2,5% terhadap PDB.

"Hitungan kami, dampak positif, sekarang kan baru paruh jalan. Kami lihat full impact satu tahun, ke CAD 0,1-0,2 persen terhadap PDB," ujar Dody saat Pelatihan Wartawan Ekonomi Nasional di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (17/11/2018).

Dody menuturkan, dengan adanya B20 ini paling tidak impor solar bisa berkurang. Sementara di satu sisi CPO Indonesia juga diharapkan akan meningkat.

"Sekarang kan kewajibannya baru 20 persen dari biodiesel yang ditetapkan. Kalau menuju 80%, tentunya akan berdampak ke impor solar, akan berkurang," tambahnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,82 miliar pada Oktober 2018. Nilai defisit disebabkan oleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$15,80 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar sebesar US$17,63 miliar.

Impor migas juga tercatat masih lebih tinggi dibandingkan impor nonmigas. Neraca migas tercatat defisit lebih dalam dibandingkan surplus migas, neraca nugas tercatat defisit US$10,7 miliar dari Januari-Oktober 2018. Sementara neraca nonmigas Januari-Oktober 2018 surplus US$5,22 miliar.

Tingginya impor migas, Dody bilang, hal ini akan tergantung pada harga migas itu sendiri. Upaya pemerintah untuk menekan impor migas juga dinilai lebih utama dibandingkan dengan menambah produksi minyak.

"Kalau dalam hitungan BI, sepanjang tidak ada upaya untuk menekan impor, memang defisit migas masih akan cukup besar, apalagi harga minyak masih tinggi," katanya.

Baca Juga: Anggaran Pilkada Serentak di Bali Capai Rp 456,9 Miliar Lebih

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: