Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyeruput Dashyatnya Kopi Asli Lombok Timur (1)

Menyeruput Dashyatnya Kopi Asli Lombok Timur (1) Kredit Foto: Reuters/YT Haryono
Warta Ekonomi, Lombok Timur -

Mungkin bisa dikatakan kopi arabika Sembalun, kaki Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, belum dikenal oleh para pecinta kopi di tanah air. Popularitasnya masih kalah jauh dengan Kopi Java, Kopi Toraja, Kopi Gayo, Kopi Wamena, Kopi Kintamani, Kopi Sidikalang, Kopi Lanang, dan Kopi Sumatera. Namun jangan salah jika kita mencicipi kopi Arabika dari Sembalun ini dipastikan akan jatuh hati dan ketagihan dengan cita rasa asamnya yang terasa kuat.

Saat ini, kopi arabika Sembalun seolah-olah masih tertidur lelap setelah pada 1962 sempat ditanam oleh warga melalui program pertanian dan perkebunan sejenis kredit usaha tani (KUT) saat itu. Namun pada 1967 akibat para petani tidak mampu membayarnya hingga mereka menggantinya dengan lahan kopinya dan diberikan kepada negara.

Mulai dari saat itulah, usaha kopi petani setempat mulai meredup dan beralih menjadi petani sayuran. Kebun kopi yang diserahkan kepada pemerintah itu terbengkalai. Bahkan Kebun kopi yang dimiliki para petani itu di ketinggian sekitar 1.300 Meter sampai 1.600 di atas permukaan laut (Mdpl) sudah masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).

Namun, jangan salah pohon kopi itu tetap tumbuh dan berbuah meski tidak diurus seperti lazimnya pohon kopi. Warga pun masih diperbolehkan untuk memetik buahnya oleh TNGR. Bagi warga, buah kopi itu hanya dipakai untuk minum sehari-hari karena meminum kopi di daerah itu sudah menjadi budaya.

"Informasi itu saya dapatkan dari orang tua saya, petani tidak bisa bayar KUT itu kemudian lahan kopinya diserahkan ke pemerintah," kata tokoh pemuda di Sembalun Lawang, Rusmala.

Kendati demikian, ada beberapa petani saat itu seperti di Sembalun Lawang dan Sembalun Bumbung, sengaja membawa bibit kopi tersebut dan ditanam di depan rumahnya untuk sekadar penghias halaman rumah. Paling di satu rumah ada yang menanam antara satu pohon sampai empat pohon.

Pemilik rumah itu memetik buah kopi itu, tapi hanya untuk dibarterkan dengan kebutuhan sehari-hari di pasar serta disimpan untuk meminum kopi untuk pribadi atau acara keluarga serta menerima tamu. Melihat potensi yang ada di daerahnya itu, Rusmala selaku generasi muda bersama teman-temannya berinisiatif ingin mengangkat kembali nama kopi arabika Sembalun yang lama terlelap tidurnya itu. Terlebih lagi pada tahun 2000-an, kopi tengah booming di tanah air.

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: