Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Buntut Tewasnya Paus Menelan Sampah, Aktivis Minta DPR Angkat Bicara

Buntut Tewasnya Paus Menelan Sampah, Aktivis Minta DPR Angkat Bicara Kredit Foto: Antara/Seno
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebanyak 5,9 kilogram sampah plastik ditemukan di dalam perut paus sperma yang ditemukan mati di perairan Wakatobi beberapa hari lalu. Diduga sampah plastik tersebut sudah lama berada di dalam perut paus sperma itu. Menurut laporan BTN Wakatobi, sampah plastik yang ditemukan di dalam perut paus tersebut berupa 115 gelas plastik (750 gr), 19 plastik keras (140 gr), 4 botol plastik (150 gr), 25 kantong plastik (260 gr), 2 sandal jepit (270 gr), 1 karung nilon (200 gr), 1000 lebih tali rafia (3.260 gr), dan lain-lain.

Hal ini banyak mengundang keprihatinan dari berbagai kalangan, salah satunya dari runner up Puteri Indonesia 2004, Nadia Mulya. Nadia semakin yakin bahwa perlu adanya kebijakan agar mengurangi penggunaan plastik. Sejak enam bulan yang lalu Nadia membuat petisi www.change.org/cukaiplastik untuk mendukung kebijakan cukai plastik.

Sejak kematian paus sperma di Wakatobi, petisinya terus mendapat dukungan hampir 100 ribu orang hingga Kamis malam, sebagaimana dipantau Antara. Petisi tersebut menunjukkan semakin banyak orang menganggap pentingnya kebijakan cukai plastik untuk mengontrol konsumsi plastik di masyarakat.

"Sebenarnya wacana soal cukai plastik ini sudah dibahas oleh pemerintah. DPR sudah bahas soal cukai plastik dan berharap bisa diterapkan. Jadi penerapan cukai plastik ini tinggal menunggu restu DPR dulu," kata Nadia dalam keterangan tertulisnya.

Nadia juga menambahkan bahwa kebijakan yang tegas untuk mengurangi plastik pernah terbukti sukses. Contohnya adalah saat pemerintah menerapkan kebijakan kantong plastik tidak gratis yang didorong oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Penggunaan kantong plastik di masyarakat berkurang hingga 55 persen. Kata Nadia, menurut data dari earthday.org, penerapan cukai plastik sebelumnya pernah diberlakukan di beberapa negara dan terbukti menurunkan angka penggunaan plastik.

Di Washington DC misalnya, setelah menerapkan cukai plastik sebesar 0.05 dolar AS sejak tahun 2009, penggunaan plastik telah berkurang hingga 85 persen. Jika sebelumnya penggunaan plastik mencapai 22,5 juta per bulan, sekarang menyusut hingga 3,3 juta per bulan. Sama dengan Inggris, setelah menerapkan cukai plastik sebesar 5 peni sejak tahun 2015, penggunaan plastik telah berkurang hingga 80 persen.

"Jadi, jika kebijakan cukai untuk plastik ini segera diterapkan, saya yakin penggunaan plastik akan semakin berkurang dan kita dapat menyelamatkan laut serta seisinya dari sampah plastik," ujar Nadia yang juga merupakan relawan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik.

Koordinator Nasional GIDKP Rahyang Nusantara mengatakan rencana penerapan cukai plastik, khususnya pada kantong plastik, tentunya akan mengurangi polusi plastik di lingkungan, terutama di laut. Inisiatif tersebut akan mendukung upaya pengurangan konsumsi plastik di hilir yang sudah sangat gencar. Misalnya seperti kampanye bawa tas belanja sendiri dan aturan di kota-kota di Indonesia yang sudah mulai melarang penggunaan kantong plastik.

"Petisi pertama kami, change.org/pay4plastic, sudah berhasil menggugah Menteri Siti Nurbaya untuk melakukan uji coba kantong plastik tidak gratis di 27 kota. Hasilnya begitu menggembirakan dengan penurunan 55 persen penggunaan kantong plastik. Dan ini hanya di bagian hilir saja," tutur Rahyang.

"Kali ini kami ingin menggugah Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk berkontribusi di bagian hulu melalui penerapan cukai plastik sehingga pengurangan polusi plastik bisa lebih besar lagi," tambahnya.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: