Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Yakin Masih Bisa Tarik Investor lewat Rangsangan ini...

BI Yakin Masih Bisa Tarik Investor lewat Rangsangan ini... Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia menilai kenaikan suku bunga acuan BI pada 15 November 2018, masih ampuh meningkatkan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga turut menopang keberlanjutan penguatan rupiah hingga akhir pekan ini.

Nilai tukar mata uang rupiah di pasar spot pada Jumat, ditutup pada Rp14.544 per dolar AS atau menguat 0,25 persen dibandingkan penutupan, Kamis (22/11).

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada Antara di Jakarta, Jumat, mengatakan investor global masih mengapresiasi sikap bank sentral yang menaikkan "7-Day Reverse Repo Rate" menjadi enam persen.

Total dalam kurun enam bulan saja, BI sudah menaikkan suku bunga acuan hingga 175 basis poin, atau 1,75 persen. Oleh karena itu, imbal hasil atau bunga instrumen di pasar keuangan seperti obligasi pemerintah masih atraktif.

Selama November 2018, arus modal asing yang masuk ke pasar sekunder SBN sebesar Rp27,5 triliun. Sehingga sejak awal September sampai dengan akhir November, modal asing yang masuk secara total mencapai Rp47,4 triiun.

"(Penguatan rupiah) karena investor global tetap memiliki pandangan positif terhadap kebijakan peningkatan suku bunga oleh Bank Indonesia, dan tidak adanya pasokan baru (new issuance) Surat Berharga Negara sampai akhir tahun dari Pemerintah," kata Nanang.

Dari faktor eksternal, penguatan nilai tukar mata uang rupiah juga terbantu dari dinamika pasar keuangan global terutama terkait ekspektasi terhadap kebijakan The Federal Reserve, Bank Sentral AS, yang diperkirakan mulai melunak dalam menaikkan suku bunga acuannya.

"Dari sisi global, pasar saham merespon positif sinyal kebijakan moneter yang lebih lunak dari beberapa pejabat The Fed, setelah sebelumnya mengkhawatirkan langkah The Fed yang terlalu cepat menaikkan suku bunga sehingga memicu pelepasan saham," jelas Nanang.

Bank sentral sejauh ini masih mengutamakan pembentukkan nilai tukar rupiah oleh mekanisme pasar yang wajar dan efisien. "Kami terus memonitor penguatan kurs Rupiah ini," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: