Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rumput Laut Penunjang Sang Pengabdi

Rumput Laut Penunjang Sang Pengabdi Kredit Foto: Andi Aliev
Warta Ekonomi, Bontang -

Bagi Suwardi (42), guru SD yang juga Kepala Sekolah dari Yayasan Pembinaan Pendidikan Islam (YPPI) di kampung Malahing, RT 30 Kelurahan Tanjung Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, menjadi guru adalah pengabdian.

Pengabdiannya sejak 16 tahun lalu hingga kini merupakan model keikhlasan di tengah situasi era yang makin materialistis. Materi bukan kendala baginya untuk mencerdaskan anak-anak Mamaju yang tinggal di Malahing bersama 58 kepala keluarga.

Suwardi mengajar sejak 2005 di SD cabang YPPI Bontang. Sebelum di Malahing, sejak 2002 dia mengajukan diri sebagai pengajar di YPPI dan ditempatkan di SD Teluk Adere pada 2004.

"Sejak 2005, mengajar di Malahing hingga sekarang," tuturnya saat dijumpai di sekolahnya dalam kunjungan media ke lokasi CSR PKT, belum lama ini.

Dari keringat mengajarnya, yayasan memberikan gaji kurang dari Rp700 ribu. Ditambah uang bantuan tunjangan dari Pemkot Bontang yang diperoleh setiap empat bulan sekali. Namun, hal itu bukan kendala karena niat awal adalah memberikan pengabdian diri bagi anak-anak yang tinggal di atas air.  

Untuk ke kampung Malahing, membutuhkan waktu tempuh menggunakan speedboad sekitar 20-25 menit dari pabrik PKT. Bapak empat anak ini pada awalnya pemuda asal Mamuju yang tidak lulus SMA. Namun, karena keinginan kuat untuk mengajar, Suwardi seiring waktu ikut menempuh pendidikan Paket C dan kuliah di jurusan pendidikan dari program pemerintah.

"Waktu itu kalau kita pakai ijazah, enggak ada yang mengajar di sini. Saya dapat gelar SPd setelah ikut pendidikan Paket C, lalu kuliah. Alhamdulillah proses itu lancar, mungkin karena saya memiliki semangat mendidik anak-anak supaya mereka tidak tertinggal pendidikanya," ceritanya.

SD cabang YPPI saat ini terdiri dari lima kelas. Tiga guru mengajar pada Senin, Selasa, dan Rabu. Sedangkan Kamis dan Jumat, dua guru yang mengajar. Untuk kelas VI, siswa mengikuti pendidikan di daratan Kota Bontang.

Sekolah ini awalnya dibangun dari kesedian warga yang melepaskan bangunan rumah untuk dijadikan sarana pendidikan. Sekolah ini awalnya dibangun oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT).

Lanjut Suwardi, dulu bangunan ini merupakan rumah warga, namun oleh PKT dibangun tiga ruang kelas. "Kami tempati, kemudian mau roboh kena ombak 2008-2009, dan diperbaiki program Bank Indonesia. Memang PKT bantu fisik bangunan ini. Mereka yang bangun pertama," tuturnya.

Sedangkan bantuan lain seperti buku dan fasilitas penunjang, juga dibantu oleh perusahaan lain, termasuk hingga kini oleh PKT. Persoalan yang kerap dihadapi adalah transportasi bagi guru yang mengajar.

"Saya lihat semangat anak-anak di kampung Malahing cukup bagus, meski sangat sederhana. Kami sampaikan kalau ada lembaga dan mahasiswa bisa datang untuk berikan motivasi kepada anak-anak karena di sini serba kekurangan," ujarnya.

Suwardi mengajar tidak sendirian, melainkan dibantu oleh istrinya bernama Jamilah, juga dibantu guru bernama Agus yang mengajar pada Senin hingga Kamis.

Budidaya Rumput Laut Penunjang Ekonomi Warga

Di kampung Malahing, ada sekitar 58-60 kepala keluarga. Mereka mengandalkan banyak usaha, selain nelayan juga sebagai budi daya rumput laut, termasuk Suwardi.

Dari mengajar, menurut pengakuan Suwardi, belum dapat menutupi tanggungannya sebagai kepala rumah tangga, sehingga kerja sampingan mengandalkan budi daya rumput laut.

"Ini samping saya. Kalau nunggu gaji, enggak cukup. Ya (rumput laut) bisa cukup menyambung hidup," tutur bapak empat anak ini.

Mereka juga mendapatkan bantuan dan pembinaan dari CSR PKT guna pengembangan usaha budi daya masyarakat Malahing.

"Program PKT ada pembinaan seperti cara-cara tidak kena penyakit rumput lautnya. Modal pernah dikasih belikan bibit, tapi tidak rutin," ungkapnya.

Bagi Suwardi, ini pekerjaan petani rumput laut dilakukan tidak setiap hari. Hanya pada waktu tertentu lepas mengajar pada Senin, Sabtu, dan Minggu.

Menurutnya, hasilnya cukup bagus bagi ekonomi keluarga. Setiap 45 hari, mereka panen dengan harga kisaran Rp16-17 ribu per kilogram. "Kalau saya panen paling banyak 250 kilogram setiap dua bulan. Ada pak RT yang mengumpulkan," tambahnya.

Hasil panen rumput laut ini bisa menutupi kebutuhan dapur bulanan yang pengaruhnya sangat besar. "Lumayan pendapatan kalikan saja itu angkanya," katanya sambil tersenyum.

Di sekitar pemukiman warga kampung Malahing yang berada di atas laut ini, dipenuhi jaring-jaring rumput laut milik warga. Usaha inilah yang memberikan kontribusi cukup besar bagi ekonomi keluarga dari masyarakat sekitar.

Sekarang rumput laut menjadi andalan pendapatan warga. Dulunya, nelayan di sini menangkap ikan dan teripang. Rumput laut yang cocok dengan perairan Bontang adalah jenis toni. Bentuknya putih bening dan batangnya kenyal.

Tak heran PKT sebagai perusahaan yang memiliki komitmen yang kuat memberdayakan masyarakat sekitar area usaha, terus menerus melakukan upaya pembinaan dan bantuan secara konsisten.

Rumput laut Malahing dapat diolah menjadi tujuh jenis olahan rumput laut, yaitu stik rumput laut, amplang, kembang goyang, ceker, snack kertas, pilus keju, sirup. Semua dilakukan oleh mitra binaan PKT, Kelompok Usaha Bersama (Kube) Sukses Mandiri.

Personal In Charge (PIC) Program CSR PKT di Kampung Malahing, Irma Safni mengatakan, selain memberikan bantuan seperti merenovasi sekolah, bantuan fasilitas pendidikan, juga diberikan seperti meja, kursi, papan tulis, termasuk bantuan kapal untuk transpotasi siswa SD kelas VI menuju sekolah di Bontang darat.

"Kami juga ada program karyawan PKT mengajar di SD YPPI Malahing yang terjadwal. Kelas mengajar ini diisi oleh persatuan istri karyawan PKT terlibat dalam peningkatan pendidikan dengan memberikan kelas inspirasi dan motivasi," tuturnya dihubungi belum lama ini.

Menurutnya, di Kampung Malahing, sejumlah program saling berhubungan dan menguatan satu sama lain, seperti pemberdayaan bidang ekonomi, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. "Nah, untuk pengembangan rumput laut menjadi pendapatan utama mereka," sebutnya.

Karena itu, program yang dibuat oleh PKT dengan memperhatikan kondisi objektif di lokasi, termasuk di Malahing dilakukan secara berkelanjutan dengan pendampingan yang memadai, seperti bantuan dan pelatihan. Hal ini dirasakan langsung masyarakat.

Kampung yang dikepalai Ketua RT 30, Nasir Lakada ini terlihat hampir semua rumah terdapat hamparan rumput laut yang masih dalam proses pengeringan hasil budi daya, bahkan rumput laut diolah kembali  untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat memberikan bentuk lain.

Nasir sebagai pengumpul rumput laut milik warga setiap bulan, mampu mengumpulkan 6-7 ton. "Sekarang  harganya lagi naik sekitar Rp18,5 ribu. Kalau bagi saya dan masyarakat, mata pencarian memang mengembangkan rumput laut. Bahkan, kami keringkan, lalu diolah lagi jadi berbagai bentuk makanan," katanya.

"PKT dan dinas perikanan tahun lalu pelatihan. Memang yang seperti ini banyak program, baru kami lihat PKT ada banyak program bagi masyarakat, termasuk budi daya rumput laut," sambungnya.

Di kampung Malahing, juga terdapat budi daya keramba tancap kelompok Sirannuang yang berisi beberapa ikan putih besar. Bantuan lain bagi warga Malahing dari PKT ialah proses penjernihan air, yakni memproses air hujan menjadi air yang dapat dikonsumsi penduduk untuk mandi, minum, dan mencuci.

Selain itu, ada juga budi daya keramba tancap kelompok Sirannuang yang berisi beberapa ikan putih besar dan beberapa keramba untuk budi daya Tripang. Di sudut lain, ada rumah listrik tenaga matahari berkekuatan 15 KW yang mampu mencukupi kebutuhan listrik di kampung itu.

Untuk tempat pertemuan atau bermusyawarah, warga sekitar juga bisa memanfaatkan Balai Pertemuan Mahalhing, hasil pembangunan dari CSR PKT.

Keterlibatan PKT melaui berbagai program pemberdayaan masyarakat ini diharapkan mampu memberikan tonggak semangat, motivasi bagi warga Malahing untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarga maupun masyarakatnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Aliev
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: