Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Pakan Ternak Belum Turun Walau Rupiah Mulai Menguat

Harga Pakan Ternak Belum Turun Walau Rupiah Mulai Menguat Kredit Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Warta Ekonomi, Medan -

Dampak dari pelemahan rupiah beberapa waktu lalu ternyata masih menyeret kenaikan harga pakan ternak. Dengan masih tingginya harga pakan ternak tersebut berimbas pada harga daging ayam ataupun telur ayam. Dimana saat ini harga daging ayam dijual dikisaran Rp29 ribu per Kg. 

Ketua Tim Pemantau Pangan Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, kenaikan daging ayam ini masih dalam rentang batas harga yang normal. Walau demikian harga ayam saat ini dinilai kurang begitu memberikan keuntungan bagi pedagang.

"Pedagang menilai, harga daging ayam yang di awal bulan sempat dikisaran Rp24 ribu per kg hingga Rp25 ribu per kg memudahkan mereka dalam menjualnya. Karena di harga seperti itu daging ayam dinilai ideal bagi sejumlah masyarakat. Kenaikan harga daging ayam saat ini jelas kurang begitu menguntungkan bagi mereka," katanya, Senin (26/11/2018).

Kalau dilihat dari tren kinerja harga daging ayam selama sebulan ini. Gunawan menilai secara keseluruhan harga daging ayam di bulan November memiliki rata-rata lebih murah dibandingkan dengan bulan Oktober kemarin. Bahkan harga menjelang penutupan bulan November cenderung tidak jauh berbeda dibandingkan dengan harga di akhir bulan kemarin.

"Saya menilai kenaikan harga daging ayam saat ini tidak akan berlanjut. Mengingat rupiah perlahan sudah mengalami penguatan. Dan penguatan rupiah tersebut menjadi salah satu yang paling mendorong penurunan biaya pakan ternak nantinya. Saya yakin bahwa kelanjutan penguatan rupiah nantinya akan memberikan dampak secara langsung bagi pemulihan harga daging ayam," ujarnya.

Saat ini, dikatakannya, yang dikeluhkan konsumen adalah adanya kelangkaan pada daging ayam kualitas besar. Sementara ayam dengan ukuran yang lebih kecil cukup tersedia. Meskipun segmentasi pasarnya cenderung lebih banyak dikonsumsi oleh pedagang kuliner seperti ayam penyet.

"Selanjutnya harga telur ayam juga demikian. Sulit untuk ditekan. Bahkan terakhir harganya cenderung naik menjadi Rp22 ribu per kg, dari sebelumnya sebesar Rp21 ribu per kg nya. Kenaikan harga telur ayam ini juga didorong oleh kenaikan pada pada komponen biaya produksi yang disinyalir dari pelemahan rupiah sebelumnya," katanya.

Padahal masa produktifitas ayam petelur saat ini sudah mencapai titik maksimal. Sehingga sangat berpeluang menciptakan keseimbangan baru dari sisi persediaannya. Namun, sejauh ini harga telur ayam masih sulit untuk di tekan. 

"Karena menurut perhitungan saya, harga telur ayam itu sebelumnya berada dalam rentang Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kgnya. Dan ini merupakan level ideal sebelum terjadi kelangkaan produktifitas serta pelemahan rupiah," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: