Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Studi SAP: Pelanggan E Commerce Masih Perlu In-Store

Studi SAP: Pelanggan E Commerce Masih Perlu In-Store Kredit Foto: SAP
Warta Ekonomi, Jakarta -

SAP SE (NYSE: SAP) baru saja merilis hasil study terkait kebiasaan berbelanja online bagi consumer di Amerika Serikat. Ternyata, tujuh dari sepuluh consumer yang membeli produk-produk fashion secara online tetap mendambakan pengalaman bertransaksi secara langsung yang ditawarkan oleh retailer, seperti fitting room.

Berikut ini adalah beberapa temuan dalam SAP Consumer Propensity Study terbaru yang mensurvei 1.000 konsumer Amerika Serikat terkait kebiasaan mereka saat berbelanja online.

Survey mengindikasikan bahwa para pembeli senang dengan kepraktisan berbelanja online, namun merasa biaya pengirimkan lebih tinggi dari yang diharapkan atau proses pengembalian yang bertele-tele dengan cepat mengubah pemikiran tersebut," kata Chris Hauca selaku Head of Strategy, SAP Commerce Cloud. "Para retailer harus mempertimbangkan tentang bagaimana mereka mampu menghilangkan kejutan-kejutan mengganggu untuk consumer. Untuk memastikan pengalaman yang baik dan terus bertahan setelah pembelian, perusahaan perlu terhubung dengan proses-proses yang dihadapi pelanggan, dengan rantai pasokan back-end,

Beberapa wawasan tambahan dari survey tersebut yang dapat membantu menghindari pengabaian keranjang belanja (Shopping Cart) oleh pelanggan sepeti; menyediakan gratis ongkos kirim,  pelanggan paling sering meninggalkan keranjang belanja mereka karena masalah biaya pengiriman (62 persen); menyediakan lebih banyak pilihan kepada pelanggan karena satu dari tiga pelanggan percaya bahwa pengalaman berbelanja online dapat ditingkatkan dengan memiliki toko konvensional untuk mencoba dan menguji produk-produk sebelum membelinya; menyajikan lebih banyak informasi kepada pelanggan guna menolong mereka membuat pilihan. 47 persen pembeli  yang disurvei mempercayai bahwa  berbelanja dapat ditingkatkan karena perbedaan harga dan spesifikasi antara dua produk yang mirip. Berdasarkan survey, 40 persen responden telah memakai keranjang belanja sebagai cara untuk membandingkan harga dengan situs-situs dan merk lain.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Bagikan Artikel: