Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tiga Pelajaran Penting dari Kondisi Ekonomi 2018

Tiga Pelajaran Penting dari Kondisi Ekonomi 2018 Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) menilai ada tiga pelajaran penting yang dapat diambil dari kondisi perekonomian global dan domestik di tahun ini. Untuk diketahui, 2018 merupakan tahun yang penuh tantangan, di mana ekonomi global bergerak tidak stabil.

Hal itu, kata Gubernur BI Perry Warjiyo dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dunia di 2018 yang cukup tinggi kemungkinan akan melandai di 2019.

"Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan menurun, sedangkan Uni Eropa dan Tiongkok melandai. Tekanan inflasi mulai tinggi di AS dan cenderung akan meningkat di Uni Eropa dan sejumlah negara lain," ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan BI di Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Tantangan kedua, yakni kenaikan suku bunga AS yang akan diikuti oleh normalisasi kebijakan moneter di Uni Eropa dan sejumlah negara maju. Perry mengatakan, setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan tiga kali sebanyak 75 bps, kemungkinan The Fed akan naikkan lagi di Desember 2018 dan tiga kali di 2019.

Ketiga, ketidakpastian global mendorong tingginya premi risk investment di negara-negara emerging market. Ketegangan dagang hingga akhirnya terjadi krisis ekonomi di Argentina dan Turki, serta sejumlah risiko geopolitik, turut memberikan sentimen negatif ke negara emerging market.

"Ketiga hal tersebut mendorong menguatnya mata uang dolar AS serta berdampak pada pembalikan modal asing dan pelemahan mata uang emerging market, termasuk Indonesia," tukasnya.

Dari kondisi perekonomian itu, kata Perry, Indonesia dapat mengambil tiga pelajaran penting untuk menghadapi ekonomi global pada 2019 yang diperkirakan masih kurang kondusif.

"Pertama, ketahanan ekonomi perlu kita perkuat lagi. Inflasi kita jaga rendah, nilai tukar rupiah stabil, defisit fiskal aman, dan stabilitas sistem keuangan terjaga. Defisit transaksi berjalan perlu diturunkan di tingkat aman. Daya saing harus ditingkatkan, industrialisasi ditingkatkan, ekspor kita dorong agar tidak tergantung komoditas primer, dan investasi langsung terus kita tingkatkan," jelas Perry.

Kemudian, yang penting adalah sinergi kebijakan ekonomi nasional yang erat harus semakin diperkuat. Sementara kebijakan moneter, fiskal diarahkan ke stabilitas nilai tukar.

"Deregulasi ditempuh untuk peningkatan kapasitas ekonomi nasional. Perbaikan sistem investasi dipercepat dan diperkuat lagi. Potensi demografi dan ekonomi digital perlu dimanfaatkan," tutupnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: