Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kurangi Impor, Luhut Minta Produksi Energi Terbarukan Digenjot

Kurangi Impor, Luhut Minta Produksi Energi Terbarukan Digenjot Kredit Foto: Kemenko Maritim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan menegaskan Indonesia harus meningkatkan produksi energi baru dan terbarukan dengan memanfaatkan cadangan yang ada termasuk produksi DME (dimethyl eter) di dalam negeri untuk mengurangi impor minyak dan gas. 

Langkah ini diperlukan untuk membantu menurunkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang saat ini telah mencapai limit tertinggi dari target pemerintah.  

“Ada masalah yang perlu diperhatikan CAD kita tahun ini akan mendekati US$28 miliar, sementara tahun lalu US$17, 5 miliar. Sekarang ini kita sudah masuk ke B20. Jika kita melakukan pemurnian dan memanfaatkan local content, CAD kita bisa single digit di tahun 2019,” ujarnya dalam sambutannya pada Pertamina Energi Forum (PEF) 2018 di Jakarta, Kamis (29/11/2018). 

Ditambahkannya, jika Indonesia bisa mengimplementasikan B20 pemerintah akan dapat menghemat biaya impor hingga US$10 miliar.  Selain B20, saat ini pemerintah juga tengah mengembangkan lithium battery di Kawasan Ekonomi Khusus Morowali, Sulawesi Tengah dengan nilai investasi US$4 miliar. Proyek ini ditargetkan bisa selesai dalam setahun dan akan menjadi produsen lithium battery terbesar di dunia.

Pemerintah juga tengah mengembangkan diversifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) sebagai alternatif pengganti LPG akibat peningkatan impor LPG. Selain itu pemerintah akan terus mendorong mobil listrik untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. 

Senada dengan Luhut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, mengatakan pemerintah terus mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia dan mengapresiasi inisiasi sinergi antar BUMN dalam mengembangkan energi baru terbarukan. 

“Terimakasih untuk Pertamina karena sudah kerja sama dengan Bukit Asam untuk memproduksi DME di Indonesia,” ujarnya pada kesempatan yang sama.

Seperti diketahui, Pertamina dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah menandatangani kerja sama pengembangan DME di Indonesia dan menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Air Products. Kerjasama ini bertujuan untuk peningkatan nilai tambah batubara Indonesia. Kerja sama gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) dan synthetic natural gas (SNG), di Allentown, Amerika Serikat.

Kerja sama Pertamina dengan Bukit Asam serta Air Products adalah langkah strategis bagi semua pihak, untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional, melalui pemanfaatan DME dan SNG. Jika melihat kondisi saat ini, sekitar 70% LPG masih diimpor. Sementara itu pada tahun 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7 juta ton LPG. Pabrik gasifikasi batubara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: