Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keramba Jaring Apung: Teknologi Pemenuhan Sumber Protein Nasional

Keramba Jaring Apung: Teknologi Pemenuhan Sumber Protein Nasional Kredit Foto: Pusriskan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Teknologi Keramba Jaring Apung (KJA) yang dilakukan di perairan umum seperti sungai, danau, waduk dan situ, tengah berkembang pesat. Bahkan teknologi itu diklaim berperan dalam peningkatan produksi ikan secara nasional.

Dekan Fakultas Perikanan Universitas Padjadjaran, Yudi Nurul Ihsan mengingatkan bahwa pada 2030 jumlah penduduk dunia mencapai sembilan miliar. Untuk itu diperlukan asupan protein yang besar. Dengan luas daratan yang semakin sempit, maka sumber protein dari daratan akan semakin terbatas.

"Protein dari ikan menjadi sumber protein yang sangat diandalkan di masa yang akan datang. Budi daya perikanan menjadi sektor yang diandalkan untuk memenuhi sumber protein serta menjadi lahan pekerjaan bagi penduduk produktif yang menjadi bonus demografi Indonesia pada 2030 nanti," kata dia dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta.

Saat ini, sejumlah pemerintah daerah tengah mengkaji pengurangan KJA di waduk dan danau di wilayahnya karena KJA dianggap sebagai penyebab utama pencemaran air. Padahal, Menurut Yudi, dari hasil riset yang dilakukan Pusat Riset Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusriskan) menyatakan, sumber pencemaran dari budi daya perikanan relatif rendah jika dibandingkan dengan sumber pencemar lain dari limbah industri dan limbah domestik.

"Karenanya, budi daya ikan air tawar dengan KJA yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan nasional yang diprediksi mencapai 40 kilogram ikan per kapita per tahun," jelasnya.

Prof Krismono dari Pusriskan menambahkan, perkembangan KJA harus diimbangi dengan perhitungan kemampuan daya dukung perairan. KJA memerlukan lingkungan perairan yang bersih agar ikan dapat tumbuh secara optimal dan mulai sekarang KJA harus menyesuaikan dengan daya dukung perairan, serta menggunakan teknologi ramah lingkungan. Contohnya, dengan penebaran jenis ikan yang dapat memanfaatkan fitoplankton dan tumbuhan air dapat mengurangi kesuburan perairan.

"KJA di perairan umum seharusnya ditata dengan mempertimbangkan aspek sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan. Untuk itu, perlu program pembinaan untuk keberlangsungan KJA, sehingga dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat. Teknologi yang diterapkan dalam budi daya perikanan dimulai dari penggunaan benih yang baik, hingga pakan apung dengan kadar fosfor yang rendah dan efisien," ujar dia.

 

Selain itu, lanjut Krismono, tata laksana atau manajemen KJA harus memperhatikan kebersihan dan sanitasi lingkungan, seperti yang dipersyaratkan dalam Cara Budi Daya Ikan yang Baik (CBIB) yang menjadi standar Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: