Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Qatar Cabut Keanggotaan di OPEC

Qatar Cabut Keanggotaan di OPEC Kredit Foto: Reuters/Ramzi Boudina/File Photo
Warta Ekonomi, Doha -

Qatar akan menarik diri dari keanggotaannya di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Menteri Energi negara Teluk Saad Sherida al-Kaabi mengumumkan pada Senin (3/12/2018).

Keputusan untuk keluar dari blok 15 negara penghasil minyak yang mencakup hampir setengah dari produksi minyak dunia dikonfirmasi oleh Qatar Petroleum, perusahaan minyak negara negara itu.

Berbicara pada konferensi pers di Doha, al-Kaabi mengatakan: "Keputusan penarikan mencerminkan keinginan Qatar untuk memfokuskan upaya pada rencana untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi gas alamnya dari 77 juta ton per tahun menjadi 110 juta ton di tahun-tahun mendatang," ungkapnya.

Qatar adalah negara Teluk pertama yang meninggalkan blok negara-negara penghasil minyak.

Koresponden Al Jazeera Charlotte Bellis mengatakan bahwa Qatar membuat keputusan hanya beberapa hari menjelang pertemuan OPEC 6 Desember.

"Mereka mengatakan keputusannya tidak ada hubungannya dengan aksi blokade di Qatar dan bahwa mereka telah memikirkannya selama beberapa bulan sebelumnya," ungkap Bellis, mengacu pada blokade diplomatik di Qatar oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Bahrain.

"Mereka juga mengatakan bahwa jika anggota ingin menarik diri dari OPEC, itu harus dilakukan sebelum akhir tahun," tambahnya.

"Mereka mengatakan jika Qatar ingin merealisasi keputusannya sekarang dan memilih untuk transparan menjelang pertemuan OPEC 6 Desember," tambahnya.

Qatar bergabung dengan OPEC pada tahun 1961, satu tahun setelah pendirian organisasi.

Awal pekan ini, OPEC dan Rusia, yang bersama-sama memproduksi sekitar 40 persen dari minyak dunia, mengatakan mereka sepakat untuk memangkas produksi minyak baru untuk memastikan harga minyak tidak turun terlalu banyak dalam beberapa bulan mendatang.

Pada bulan Oktober, harga minyak mencapai level tertinggi empat tahun $86, tetapi sejak saat itu harga telah turun lagi menjadi sekitar $60 per barel.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: