Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Isu Populer Selama Kampanye Pilpres, Nomor 4 Nggak Nyangka

Isu Populer Selama Kampanye Pilpres, Nomor 4 Nggak Nyangka Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil survei lembaga penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, menunjukkan terdapat enam isu atau program yang populer selama dua bulan pertama kampanye Pilpres berjalan.

"Berdasarkan survei kami, terdapat enam isu atau program yang populer selama dua bulan kampanye Pilpres," kata peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar di Jakarta, Kamis (6/12/2018).

Rully mengatakan isu atau program yang populer adalah isu atau program yang memiliki tingkat pengenalan atau diketahui publik 50% serta memiliki tingkat kesukaan atau ketidaksukaan diatas 60%. Semakin publik mengetahui suatu isu atau program serta semakin publik menyukai atau tidak menyukai suatu isu atau program, maka akan semakin populer.

Berdasarkan survei LSI Denny JA, enam isu populer itu terdiri atas tiga isu yang disukai lebih dari 60% responden yakni.

1. Penyelenggaraan Asian Games (96,5%)

2. Kunjungan Presiden Jokowi kepada korban gempa dan tsunami Palu (93, 7%)

3. Kunjungan Jokowi ke korban gempa Lombok (94,5%).

4. Hoaks Ratna Sarumpaet (89,5%)

5. Nilai tukar dolar Rp15 ribu (84,3%)

6. Pembakaran bendera HTI (83,6%).

Rully mengatakan karena populer, keenam isu itu memiliki efek elektoral. Sedangkan isu atau program yang sempat mengemuka seperti tampang Boyolali, Prabowo kunjungi korban gempa Lombok, Prabowo tidak akan impor, rapat tahunan IMF, New Prabowo, politik sontoloyo, Yusril pengacara Jokowi-Ma'ruf tidak masuk kategori populer karena tingkat pengenalan responden terhadap isu-isu itu berada dibawah 50%dan mayoritas di antara isu itu memiliki tingkat disukai atau tidak disukai publik dibawah 60%.

Survei LSI dilakukan 10-19 November 2018, dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuisioner, di mana tingkat margin of error survei plus minus 2,9%. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: