Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Makaroni Ngehe Itu Terinspirasi dari Kehidupan Saya yang 'Ngehe' Banget'

'Makaroni Ngehe Itu Terinspirasi dari Kehidupan Saya yang 'Ngehe' Banget' Kredit Foto: Instagram/ngehe_id
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berawal dari tradisi kecil keluarga yang gemar memakan makaroni, ide bisnis Makaroni Ngehe pun tercipta. Ali Muharam, pria 31 tahun asal Tasikmalaya itu adalah owner sekaligus co-founder camilan ringan beranekaragam rasa yang digemari generasi milenial. Terbesit nama "Makaroni Ngehe" karena itu menggambarkan perjalanan hidupnya yang "ngehe" banget.

Setelah lulus SMA tahun 2004, Ali tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan karena faktor ekonomi. Setahun setelah kelulusannya itu, Ali memutuskan untuk merantau ke Jakarta dengan kegigihannya. Kehidupannya sebagai anak rantau di Jakarta dapat dikatakan jauh dari kata mulus. Berbagai macam pekerjaan sudah ia coba dan ia pun tersadar bahwa mengais rezeki di Ibukota bukanlah sesuatu yang mudah.

Hingga tahun 2013, Ali mulai ingin bangkit dari keterpurukannya dan memberanikan diri untuk mendirikan suatu usaha. Namun, belum juga memulainya, Ali sudah memiliki kendala pada modal. Akhirnya ia pun memutuskan untuk meminjam uang kepada sahabatnya untuk modal usaha, sebesar Rp20 juta.

"Saya enggak tahu bayarnya juga gimana nanti," kata Ali.

Dengan tekatnya yang besar ketika menginjak usia 25 tahun, Ali memiliki target, saat usianya nanti menginjak kepala 3, ia harus mampu dalam finansial dan memiliki waktu yang fleksibel.

"Saya nekat, saya punya target itu. Jadi saya berpikir, saya harus bisa menjadi bos untuk diri saya sendiri," jelasnya melalui video di Instagram ngehe_id.

Hanya dengan modal Rp20 juta yang sudah ia pinjam dari sahabatnya, Ali menyewa kios yang dapat dibayar perbulan di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di sana lah ia mulai merintis usaha makaroni kecil-kecilannya. Bukan hanya menyewa kios, uang yang sudah ia pinjam itu juga digunakan untuk membeli bahan baku yang langsung ia belanjakan dari Tasikmalaya. Selain itu, Ali juga membeli peralatan memasak makaroni, dan set up kios sewaannya itu.

"Saya manggul makaroni sendiri dari Tasik, saya goreng sendiri, elap-elap bekas minyak sendiri di kios itu. Saya juga tidur di sana. Tempat masak, berjualan, untuk saya tidur, di situ semua saya lakukan," ungkapnya.

Proses yang Ali lewati sampai sesukses ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saat awal dia berjualan, orang-orang hanya berseliweran di depan kiosnya untuk melihat makaroni apa yang ia jajakan, dan belum ada rasa tertarik sama sekali untuk membeli.

"Mereka cuma nengok-nengok, terus foto. Akhirnya saya melakukan action, saya tawarkan ke orang-orang yang lewat itu untuk jajal makaroni kering. Eh, mereka suka. Terus akhirnya dari mulut ke mulut, dalam waktu 3 bulan, kios saya sudah mulai ramai," katanya.

Disaat sedang ramai-ramainya, masalah pun kembali datang kepada Ali. Karyawan yang membantu dirinya menjalankan Makaroni Ngehe sudah tidak menemukan titik kesepahaman dan memutuskan untuk resign. Karyawan itu juga memiliki posisi penting dalam perusahaan, sehingga disaat ia memutuskan untuk pergi, perusahaan mulai 'kalang-kabut'.

"Saya sempat enggak tidur, sistem keuangan kacau. Saya dan tim harus mengumpulkan semua data dari awal. Sampai begadang," jelasnya.

Situasi itu bertahan selama tiga bulan. Setelah menginjak bulan keempat, situasi mulai membaik, dan omzetnya pun sudah mulai meningkat. Saat itulah Ali yakin bahwa bisnis yang ia dirikan ini berbuah manis dan orang-orang merespon baik dengan Makaroni Ngehe buatannya.

Waktu terus berlalu, kejayaannya pun semakin terlihat. Saat menduduki usia enam bulan berdirinya Makaroni Ngehe, Ali baru memberanikan diri untuk membuka cabang ke-2. Awalnya, omzet yang didapat Ali hanya sebesar Rp100 ribu, sedangkan saat ini, omzetnya sudah menjanjikan, Rp3 juta sampai Rp5 juta dari setiap outlet. Saat ini Ali berhasil mempekerjakan 350 karyawan, dan memiliki 35 outlet yang tersebar di Kota-kota besar Pulau Jawa.

Ali tak ingin terlena oleh keberhasilannya. Ia terus menanamkan nilai harmonis dalam diri karyawan dan konsumen agar usahanya tetap laris manis, selain itu, ia juga terus berinovasi dengan memunculkan varian-varian baru yang menarik dan tentunya lezat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: