Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan: Pola Kemitraan Solusi Masalah Persusuan Nasional

Kementan: Pola Kemitraan Solusi Masalah Persusuan Nasional Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Susu merupakan salah satu komoditas strategis dari subsektor peternakan. Namun, beberapa masalah persusuan nasional meliputi sisi hulu hingga hilir. Dari sisi hulu meliputi produktivitas dan kualitas susu yang masih rendah, sementara dari sisi hilir, harga susu di tingkat peternak belum sesuai yang diharapkan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, kemitraan merupakan salah satu fokus pemerintah untuk mendorong percepatan pengembangan  pembangunan sapi perah di Indonesia.

Pemerintah, lanjut dia, menilai kemitraan menjadi salah satu solusi dalam mengurai persoalan persusuan nasional dalam mengakselerasi penyediaan susu melalui produksi dari dalam negeri yang berkualitas dan berdaya saing untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat dan bahan baku industri.

"Kami memberikan apresiasi setinggi–tingginya atas keberlanjutan program kemitraan yang dilakukan Frisian Flag Indonesia dengan membangun Dairy Village yang diharapkan menjadi model peternakan yang modern dengan tujuan untuk mendorong produktivitas dan kualitas susu segar di Indonesia," kata I Ketut Diarmita kepada Warta Ekonomi saat menghadiri persemian Desa Susu (Dairy Village) di Ciater, Jawa Barat, Selasa (11/12/2018).

Ia pun berharap ke depan akan lebih banyak peternak sapi perah yang bergabung dalam Dairy Village ini, sehingga industri pengolahan susu dan peternak dapat maju dan berkembang bersama-sama.

Sebelumnya PT Frisian Flag Indonesia (FFI) meresmikan Desa Susu (Dairy Village). Fasilitas peternakan sapi perah yang menempati kawasan seluas 1 hektare ini merupakan hasil kemitraan dengan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), PT Perkebunan Nusantara (PTPN VIII), dan Pemerintah Belanda.

Presiden Direktur FFI, Maurits Klavert mengatakan, produksi susu dalam negeri saat ini baru berkontribusi  20% dari konsumsi susu di Indonesia. Berarti, sisanya sekitar 80% masih diimpor dari berbagai negara, seperti Selandia Baru dan Australia.

Ia mengatakan, dalam meningkatkan susu dalam negeri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada persoalan lahan yang harus dipecahkan. Industri susu sendiri membutukan lahan yang besar, lalu praktik peternakan sapi perah yang harus diperbaiki dan meningkatkan produktivitasnya.

"Semua ini membutuhkan usaha dari berbagai pihak baik industri susu, peternak sapi perah, maupun pemerintah," ujarnya.

Untukk itu, Dairy Village ini, lanjut dia, merupakan wujud daripada kerja sama antara FFI, peternak, dan pemerintah yang diharapkan dapat menjadi sebuah model peternakan sapi modern dan berkesinambungan.

"Kami berharap produktivitas sapi perah akan bisa meningkat dari sekitar 10-12 liter per hari menjadi 20 liter per hari. Dan target itu dapat dengan mudah kita lewati karena sampai saat ini beberapa sapi telah menghasilkam lebih dari 20 liter," tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: