Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IMF: Perang Dagang Pengaruhi Kepercayaan Bisnis dan Investasi di Asia

IMF: Perang Dagang Pengaruhi Kepercayaan Bisnis dan Investasi di Asia Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Tokyo -

Friksi perdagangan antara China dan Amerika Serikat sudah mempengaruhi kepercayaan bisnis dan investasi di Asia, seorang pejabat senior Dana Moneter Internasional mengatakan, dan juga memperingatkan bahwa IMF dapat lebih lanjut memangkas proyeksi pertumbuhan global pada Januari.

Changyong Rhee, direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, mengatakan Jepang dan Korea Selatan dapat menjadi salah satu negara di kawasan yang paling terpukul oleh perang dagang karena ketergantungan mereka pada ekspor ke China.

“Investasi jauh lebih lemah dari yang diperkirakan. Interpretasi saya adalah bahwa saluran kepercayaan sudah mempengaruhi ekonomi global, khususnya ekonomi Asia,” tutur Rhee kepada Reuters.

"Kami melihat pertumbuhan global sedikit lebih lambat dari perkiraan kami pada Oktober," katanya, Senin (17/12/2018).

Mengutip potensi dampak dari perang perdagangan China-AS, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan global pada Oktober menjadi 3,7 persen untuk 2018 dan 2019, turun dari 3,9 persen yang diproyeksikan pada Juli.

Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia akan melambat menjadi 5,4 persen tahun depan dari 5,6 persen yang diproyeksikan tahun ini.

Rhee juga mengatakan ada peluang IMF dapat memangkas lebih jauh ramalan pertumbuhannya ketika meninjau mereka pada bulan Januari, mengingat tanda-tanda perlambatan tidak hanya di Asia tetapi juga terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.

“Ketidakpastian begitu besar, ketidakpastian berarti Anda memiliki potensi kenaikan serta risiko downside. Pada saat ini, kami percaya risiko downside sedikit lebih tinggi,” katanya.

Di China, Rhee mengatakan tidak menggunakan stimulus skala besar meskipun tumbuh headwinds eksternal, mengingat kebutuhan untuk menghadapi tantangan jangka panjang seperti membatasi utang berlebih.

“Apa yang kami prihatinkan dan apa yang kami sarankan kepada mereka adalah bahwa tujuan jangka menengah seperti deleveraging masih penting untuk stabilitas keuangan,” tambah Rhee.

“Jadi ketika mereka benar-benar mencoba menggunakan stimulus, kami berharap mereka dapat menggunakan lebih banyak kebijakan fiskal daripada ekspansi kredit,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: