Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump: Facebook, Twitter, dan Google Bias!

Trump: Facebook, Twitter, dan Google Bias! Kredit Foto: Nytimes.com
Warta Ekonomi, Washington -

Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (18 Desember) memeberikan komenter pedas ke raksasa teknologi Amerika, dengan menuduh mereka memiliki bias liberal.

"Facebook, Twitter, dan Google sangat bias terhadap Demokrat, itu konyol!" Trump via akun twitter pribadinya.

Trump adalah kritikus reguler di media sosial dan kritiknya menggemakan serangan lain di Twitter baru-baru ini pada Oktober, ketika dia kembali menuduh Twitter memperlambat pertumbuhan akunnya.

Perusahaan-perusahaan internet telah secara konsisten membantah tuduhan-tuduhan bias politik dan banyak analis telah menunjuk pada pengikut media sosial yang besar dari kalangan konservatif termasuk Trump.

Twitter mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah bekerja untuk menghapus akun yang menyembunyikan identitas sejati pengguna atau berusaha memanipulasi platform.

"Fokus kami adalah pada 'kesehatan' layanan, dan itu termasuk bekerja untuk menghapus akun palsu untuk mencegah perilaku kriminal," ungkap Twitter dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, seperti dikutip dari Channel NewsAsia, Rabu (19/12/2018).

"Banyak akun terkemuka telah melihat jumlah pengikut mereka menurun, tetapi hasilnya adalah keyakinan yang lebih tinggi bahwa pengikut yang mereka miliki adalah orang yang nyata," tuturnya.

Kritik datang sehari setelah laporan untuk Senat mengungkapkan agen-agen Rusia telah menggunakan media sosial dalam upaya untuk mempengaruhi pemilihan 2016 dalam mendukung Trump.

Sebuah analisis untuk Komite Intelijen Senat menggambarkan kampanye yang diselenggarakan oleh Internet Research Agency (IRA) yang berbasis di St Petersburg untuk menyakiti Hillary Clinton, calon Demokrat.

Akun Troll yang disusun oleh organisasi itu telah meradang teori konspirasi sayap kanan dan menekan pemungutan suara dari kelompok-kelompok yang secara tradisional condong ke liberal seperti Afrika-Amerika, kata laporan itu.

Akun "Blacktivist" IRA mengirim pesan seperti: "Tidak ada yang penting bagi Hillary Clinton. Hanya suara yang penting bagi Hillary Clinton."

Secara terpisah, sebagian dari 3.841 akun IRA di Facebook, Instagram, Twitter dan YouTube yang dipelajari oleh para peneliti berusaha untuk memprovokasi orang kulit putih Amerika yang berselisih untuk keluar dan memilih.

Studi ini menunjukkan kampanye IRA AS dimulai pada tahun 2015, yang bertujuan untuk memobilisasi pemilih konservatif, tanpa dukungan khusus untuk Trump pada saat itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: