Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dituding Cari Sensasi, Balasan PSI ke PKS 'Ngeri'

Dituding Cari Sensasi, Balasan PSI ke PKS 'Ngeri' Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid (HNW) menyebut Partai Solidaritas Indonesia (PSI) cari sensasi dengan mengeluarkan larangan berpoligami. PSI menyindir balik PKS.

Menanggapi hal itu, Juru bicara PSI, Dara Adinda Nasution, menyidir balik partai tersebut.

"Mungkin karena banyak kader dan tokoh PKS berpoligami, Pak Hidayat menjadi sangat sensitif. Tapi PSI kan tidak melarang anggota PKS untuk berpoligami? Yang dilarang berpoligami adalah kader PSI," ujarnya di Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Ia juga menolak tuduhan Hidayat yang menyebut larangan berpoligami itu demi merebut suara massa 'anti-syariah'. Ia kemudian mencontohkan tokoh filsuf Muslim, Muhammad Abduh yang merupakan penggagas gerakan modernisme Islam.

"Pak Hidayat pasti tahu bahkan tokoh muslim sekaliber Muhammad Abduh dari Mesir yang dikenal sebagai reformis Islam pernah menyatakan bahwa pemimpin bisa melarang melarang poligami untuk mencegah kerusakan rumah tangga demi maslahat umum. Apakah Muhammad Abduh bisa dibilang anti Islam?," jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa ada aturan yang mengatur poligami bagi aparat sipil negara (ASN). Hal itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 45/1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.

"ASN perempuan tidak boleh menjadi istri kedua, sementara ASN pria hanya boleh memiliki istri kedua bila istri pertamanya cacat dan tidak bisa melahirkan keturunan. Itu kan bukan aturan Islam, tapi juga tidak bisa dikatakan bertentangan dengan ajaran islam," katanya.

Hidayat sebelumnya mengkritik PSI yang melarang kadernya melakukan praktik poligami. Menurutnya, PSI hanya mencari sensasi dengan aturan larangan poligami.

"Kenapa kemudian yang baru datang, kalau dia ingin mencari sensasi dengan cara ini, yakinlah itu sensasi yang salah," imbuhnya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: