Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ovo: Tingginya Penetrasi Cash Jadi Tantangan Pembayaran Digital di Indonesia

Ovo: Tingginya Penetrasi Cash Jadi Tantangan Pembayaran Digital di Indonesia Kredit Foto: Tanayastri Dini Isna
Warta Ekonomi, Jakarta -

Beberapa waktu lalu, Bank Indonesia mengatakan, pertumbuhan pembayaran digital di Indonesia terbilang besar. Namun, dari segi volume transaksi, pembayaran tunai masih merajai pasar dengan persentase 90%. Hal tersebut dinilai sebagai tantangan untuk menuju cashless society.

Salah satu pelaku di sektor pembayaran digital, Director of Enterprise Payment Ovo, Harianto Gunawan mengatakan, perkembangan pembayaran digital bertujuan untuk mempercepat inklusi finansial. Namun, ada pembayaran tunai yang menghambat realisasi tujuan itu.

"Perkembangan uang elektronik tujuannya untuk mempercepat inklusi finansial, tantangannya satu, yaitu cash. Mereka masih menguasai 90% pasar di Indonesia. Indonesia masih jauh untuk menuju cashless society karena angkanya masih 10%. Kompetitor kami adalah cash," kata Harianto pada Kamis (20/12/2018).

Sebetulnya, menurutnya, dukungan geografi dan populasi untuk meningkatkan transaksi digital sudah tersedia di Indonesia. Namun, masih dominannya cash, serta kepercayaan masyarakat menjadi dua tantangan tersendiri untuk pelaku pembayaran digital seperti Ovo.

Harianto menjelaskan, "Kepercayaan sangat penting, bagaimana caranya untuk membuat publik percaya dengan satu produk. Jadi, kami putuskan untuk banyak jalin kerja sama dengan partner yang memiliki ekosistem yang sudah establish."

Melalui strategi tiga pilarnya, Hariatno ingin membuktikan, penggunaan pembayaran digital dapat membantu para pengguna dalam kehidupan sehari-hari dan mitra mereka sendiri.

"Trust ini yang mau sama-sama kami coba hadapi dengan memberikan bukti kalau penggunaan pembayaran digital bisa membantu para stakeholders," tambah Harianto.

Ovo sendiri telah bermitra dengan Bank Mandiri, Alfamart, Grab, Moka, dan Tokopedia. Dengan kemitraan tersebut, Ovo berhasil masuk ke berbagai segmen di pasar. Lebih lanjut, mereka akan memperluas hubungan kemitraan pada 2019 nanti.

"Segmen market kami sebagai penyedia layanan pembayaran digital, dari yang belum terjamah produk perbankan hingga menengah ke atas. Dari mitra offline, segmen di mal itu middle up, di online segmennya hampir semua ada, transportasi pun ada yang mobil dan motor. Segmen market kami hampir ada di setiap level. Kami mau coba berikan semua manfaat untuk tiap segmen," papar Harianto.

Sejak November 2017, Ovo bertumbuh lebih dari 400% dengan 115 juta perangkat tahun ini dan tersebar di seluruh Indonesia. Volume total transaksi mereka juga meningkat 75 kali lipat. Pencapaian tersebut diraih dengan strategi tiga pilar, yakni dengan gerai ritel, Online to Offline (O2O), dan e-commerce.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: