Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari CPO Jadi BBM Ramah Lingkungan, Pertamina Hemat Devisa US$160 Juta per Tahun

Dari CPO Jadi BBM Ramah Lingkungan, Pertamina Hemat Devisa US$160 Juta per Tahun Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina (Persero) terus berinovasi dalam mendorong pemanfaatan bahan bakar ramah lingkungan, sekaligus mendorong pengurangan impor minyak mentah. Salah satunya, inovasi yang diterapkan di Kilang Refinery Unit III Plaju.

Sejak awal Desember lalu, kilang yang berada di Provinsi Sumatera Selatan tersebut telah mampu mengolah Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG dengan teknologi co-processing, yakni menggabungkan sumber bahan bakar alami dengan sumber bahan bakar fosil untuk diproses di dalam kilang, sehingga menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.

Direktur Pengolahan Pertamina, Budi Santoso Syarif meninjau langsung implementasi proses pengolahan CPO di Kilang RU III Plaju. Dalam kunjungan tersebut, Budi memaparkan, implementasi pengolahan CPO secara co-processing di kilang telah memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan negara.

Inovasi anak bangsa ini telah diuji coba dan memberikan hasil yang membanggakan, baik dari kualitas produk, hasil yang ramah lingkungan, serta berpotensi mengurangi impor minyak mentah.

"Tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN sangat tinggi karena CPO yang diambil bersumber dari dalam negeri, transaksi yang dilakukan dengan rupiah, sehingga mengurangi devisit anggaran negara, serta hasil bahan bakar ramah lingkungan," jelas Budi dalam keterangannya, Jumat (21/12/2018).

Budi menjelaskan, proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residue Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU) yang berada di Kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 Million Barel Steam per Day (MBSD). Adapun CPO yang digunakan adalah jenis CPO yang telah diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin ramah lingkungan.

'Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi karena nilai octane mengalami peningkatan," tambahnya.

Hasil implementasi co-processing tersebut telah menghasilkan Green Gasoline Octane 90 sebanyak 405 MB per bulan atau setara 64.500 kiloliter per bulan dan produksi Green LPG sebanyak 11.000 ton per bulan.

"Upaya ini sangat mendukung pemerintah dalam mengurangi penggunaan devisa, di mana Pertamina bisa menghemat impor crude sebesar 7,36 ribu barel per hari atau dalam setahun mampu menghemat hingga US$160 juta," katanya.

Ke depan, langkah ini akan diikuti di kilang lain, yakni di Kilang Cilacap, Balongan, dan Dumai, serta akan diperluas untuk jenis bahan bakar lain, baik green gas oil (bahan bakar solar) maupun green avtur.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: