Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keluar dari Metro TV, Najwa Shihab Sukses di YouTube, Simak Kisahnya

Keluar dari Metro TV, Najwa Shihab Sukses di YouTube, Simak Kisahnya Kredit Foto: Instagram/najwashihab
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tentu Anda sudah tidak asing lagi dengan sosok presenter yang merupakan anak dari cendekiawan Muslim, Muhammad Quraish Shihab. Yaps, Najwa Shihab. Wanita yang sudah kondang di layer kaca dan dunia jurnalistik. Ketenarannya tersebut ia raih melalui perjalanan yang panjang.

Namanya kian melejit setelah memiliki acara khusus, yakni Mata Najwa. Melalui acaranya, wanita yang kerap disapa Nana itu mendatangkan dan mewawancarai berbagai narasumber mulai dari tokoh publik, pejabat negara, hingga politisi. Nana sering melontarkan berbagai pertanyaan kritis kepada figure-figur yang menjadi tamunya tersebut.

Ia lahir di Makassar, 16 September 1977. Ia memulai kariernya menjadi reporter di Metro TV.

“Saya jadi reporter pertama di Metro TV dan itu perusahaan pertama saya,” ujar Najwa, berdasarkan kutipan dari Moneysmart (24/12/2018).

Najwa mengungkapkan, dirinya meniti karier di stasiun televisi tersebut mulai dari jabatan paling bawah hingga mencapai titik tertinggi, yaitu posisi wakil pemimpin redaksi (wapemred).

“Saya meniti karier betul-betul dari reporter sampai Wapemred, dan akhirnya saya merasa sudah terlalu lama di dunia nyaman,” jelasnya.

Setelah menduduki berbagai posisi jabatan mulai dari reporter lapangan hingga Wakil Pemimpin Redaksi, dan menghabiskan waktu selama 18 tahun, dirinya merasakan harus keluar dari zona nyaman atau mundur dari Metro TV. Kemudian, tercetus ide membuat konten digital melalui platform video populer yaitu YouTube. Mulai terealisasi pada Agustus 2017, melalui episode Catatan tanpa Titik, Najwa secara resmi mengundurkan diri dari Metro TV yang telah membesarkan namanya.

“Finansial bukan pertimbangan utama saya (keluar dari Metro TV). Saya hanya aktualisasi diri,” katanya.

Najwa menjelaskan, mengambil keputusan penting dalam hidup adalah hal yang tidak mudah, apalagi soal karier yang telah dicapai dengan baik dan telah menorehkan tinta emas. Namun, kini setelah mundur dari industri televisi, Najwa mulai merintis bisnis, yakni membangun Narasi TV melalui platform YouTube.

“Saya merasa YouTube juga salah satu platform yang paling revolusioner abad ini setelah ditemukannya telepon, ditemukannya radio, ditemukannya televisi, sekarang YouTube,” papar Najwa.

Atas perkembangan teknologi itu, dirinya merasa harus berkembang dan berubah mengikuti arus teknologi. Tentu saja, semua dilakukan melalui koridor yang positif.

Selayaknya stasiun televisi pada umumnya, Najwa mengembangkan Narasi TV dari nol. Selain membuat program-program yang berkualitas dan disukai oleh penonton, Najwa juga berupaya agar kontennya memberikan pencerahan. Menurutnya, dalam membangun bisnis tersebut, ada tiga kunci utama, yakni konten, komunitas, dan kolaborasi.

“Narasi TV baru soft launching, baru delapan bulan yang lalu. Saya ingat berawal dari ruangan kecil dan hanya tiga orang founder. Sekarang Alhamdulillah sudah 100 orang terlibat dan sudah ada 11 program dalam waktu delapan bulan yang kami hasilkan. Alhamdulillah dalam waktu delapan bulan sekarang kantornya sudah di Sudirman,” ungkap Najwa.

Akan tetapi, di balik itu semua, ada perjuangan dan jerih payah yang harus dilewati, mulai dari mencari investor, sponsor, hingga membentuk tim yang solid.

Selain itu, tantangan dari latar belakang pekerjaan di stasiun televisi juga cenderung berbeda dengan apa yang Najwa geluti sekarang.

“Di televisi lebih terstruktur. Kalau di digital hari ini gak berhasil coba konten lain. Dan itu jadi kesempatan untuk yang baru belajar seperti saya, itu menjadi satu hal yang jauh lebih kebebasan itu dia lebih bisa dimaksimalkan,” ujar Najwa.

Dalam menjalankan bisnis baru ini, Najwa selalu berpegang pada nilai-nilai yang disampaikan sang ayah kepada dirinya.

“Menerima sesuatu yang sedikit tapi merasa banyak, dan kalau  memberi banyak tapi merasa itu masih sedikit. Kaya itu saat memberi banyak merasa masih sedikit, menerima sedikit merasa sudah banyak,” kata Najwa Shihab.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: