Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Semangat Eksistensi Kampung Lengkong Kulon

Semangat Eksistensi Kampung Lengkong Kulon Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seiring perkembangan suatu daerah banyak kampung yang tersingkir oleh pembangunan. Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten adalah salah satu kampung itu. Kendati demikian semangat untuk tetap eksis masih sangat terasa di kampung ini. 

Jika kita berkunjung ke kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD) sekilas terlihat hanya gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan sejumlah perumahan mewah. Tidak hanya itu, di sana ternyata masih ada beberapa kampung yang menjadi perintis desa tersebut. Salah satu kampung itu adalah Kampung Sawah, di Jalan Kampung Sawah, jalan ini tembus ke Jalan Boulevard BSD City. 

Eh.. bang nih ade ape maksudnye nih, selanang-selonong di kampung orang, emangnye lu kagak tahu kalo nih kampung ade yang punye?” 

“Oh.. jadi lewat kampung sini kudu permisi bang? Maafin aye bang, kalo kedatangan aye ama rombongan kage berkenan di ati sudare-sudare. Sebelomnye aye ucapin salam Bang, Assalamu alaikum.” 

Demikian sepenggal Pantun Palang Pintu yang menyambut rombongan tim Kampung Berseri Astra (KBA) bersama wartawan dan bloger Sabtu 15 Desember 2018. Sambutan itu setidaknya menunjukkan salah satu ciri kampung yang masih kental dengan adat dan budaya. Namun yang menarik adalah isi pantun, seakan-akan jadi pengingat bagi warga luar kampung untuk tidak mengusik kehidupan mereka. 

Yuli Sulastri, warga setempat mengatakan sejak hadirnya komplek perumahan di Desa Lengkong Kulon, membuat masyarakat kampung semakin terdesak. Pengembang perumahan selalu berusaha untuk membeli tanah mereka untuk dijadikan komplek perumahan. Namun masyarakat selalu menolak. 

“Pokoknya sudah harga mati, jangan tawar-tawar lagi tanah kami, kami tidak mau jual,” ujar Yuli. 

Muhammad Faiz, Kepala Desa Lengkong Kulon mengungkapkan, secara administratif desa yang dia pimpin terbagi menjadi 10 RW. Masyarakat asli mendiami wilayah RW 01 hingga RW 06. Sementara RW 07 hingga RW 10 merupakan komplek perumahan yang sebagian besar dihuni oleh warga pendatang. 

Jumlah penduduk Desa Lengkong Kulon sekitar 3.000 kepala keluarga, mayoritas adalah masyarakat kampung, sekitar 2.500 kepala keluarga. Sayangnya berbanding terbalik dengan luas wilayah yang ditempati, dari 600 hektar total luas desa, wilayah kampung hanya 40% atau 240 hektar. Sisanya 320 hektar adalah komplek perumahan yang baru dihuni sekitar 500 kelapa keluarga. 

Wilayah kampung, lanjut Faiz, sudah ada sejak dulu kala didiami masyarakat asli secara turun terumun. Sementara wilayah yang berubah menjadi komplek perumahan mulanya areal persawahan dan lahan kosong yang sebagian milik masyarakat setempat. Seiring perkembangan zaman sawah dan lahan kosong itu dijual oleh pemiliknya kepada pengembang perumahan. 

Akibatnya beberapa pemukiman, terutama yang berada dalam kelompok kecil, terkepung oleh komplek perumahan, kehilangan akses dan terisolir. Mau tidak mau masyarakat pun menjual rumah di kampung itu dan pindah ke lokasi lain. 

Diakui oleh Faiz, akibat perkembangan perumahan di sana membuat kampung asli nyaris hilang. Untuk mempertahankannya, masyarakat di sana sepakat untuk tidak lagi menjual rumah atau kebun yang mereka miliki. Bagi masyarakat yang tidak mau pindah dari Desa Lengkong Kulon, pemerintah desa bekerjasama dengan pengembang perumahan melakukan penataan dengan cara relokasi ke komplek perumahan. 

“Sudah ada lima kali relokasi dilakukan, jumlahnya sekitar 500 Kepala Keluarga,” ungkap Faiz.  

Pengembangan perumahan sempat membuat beberapa lokasi kampung kebanjiran. Untuk mengatasinya pemerintah desa pun bernegosiasi dengan pihak pengembang untuk membuat salurah pembuangan air. Intinya masyarakat menginginkan walaupun sekitarnya sudah menjadi perumahan namun pengembang tetap memberikan kenyamanan bagi masyarakat kampung.  

Faiz juga merasa bersyukur masih ada pihak-pihak yang perhatian dengan keberadaan kampung di sana. Salah satunya Astra International dengan program Kampung Berseri Astra (KBA). Hadirnya program tersebut menurutnya adalah wujud kepercayaan pihak dari luar, akan keberadaan kampung di tempat itu yang eksis sampai kapanpun. 

Agar tidak kehilangan jati dirinya, masyarakat kampung Desa Lengkong Kulon juga mempertahankan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki. Tradisi Palang Pintu yang menyambut rombongan Kampung Berseri Astra menjadi salah satu tradisi yang masih di jaga oleh masyarakat untuk menyambut tamu dalam berbagai kegiatan. 

Masyarakat disana juga masih menyebut kampung-kampung di sana dengan sebutan yang dimiliki. Seperti Kampung Lengkong Ulama untuk RW 01, Kampung Kubur untuk RW 02, Kampung Sawah untuk RW 03, Kampung Cicayur untuk RW 04, Kampung Cipicung dan Kampung Kebon Pala untuk RW 05, dan Kampung Pabuaran untuk RW 06. 

“Nama itu berdasarkan kearifan lokal, semuanya dari dulu tidak berubah,” ujar Kepala Desa yang tinggal di Kampung Sawah ini.  

Satu lagi ciri kampung yang masih kental adalah semangat gotong royong yang tinggi. Semangat itu seperti terlihat ketika masyarakat menyambut masuknya program KBA di tahun 2016 lalu. Berkat semangat gotong royong yang dimiliki KBA Desa Lengkong Kulon berjalan dengan baik, dan berhasil mengukir prestasi, menjadi Juara II Posyandu program KBA, pada Agustus 2017. 

Prestasi itu telah mengangkat nama Kampung Lengkong Kulon menjadi lebih dikenal. Tidak hanya itu, Faiz berharap melalui program tersebut Desa Lengkong Kulon dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Beberapa potensi yang dimiliki seperti seni kaligrafi di Kampung Lengkong Ulama, kampung ini sudah melahirkan beberapa orang penulis mushaf yang dikenal hingga kelas internasional. 

Penyelamat Kampung 

Mohammad Taufan, Manajer CSR Astra International mengatakan, Desa Lengkong Kulon berada di Ring 1 salah satu pusat binsis Astra International, Auto 2000 BSD City Astra Biz Center. Sudah menjadi prinsip Astra, dimanapun Astra berada harus menjadi manfaat bagi masyarakat sekitar. Astra sudah mendeteksi keberadaan kampung di sekitarnya saat baru dalam tahap perencanaan Astra Biz Cente. 

“Saat melakukan social mapping, ternyata ada Kampung Lengkong Kulon yang masih benar-benar kampung,” ungkap Taufan.  

Taufan menjelaskan, Kampung Berseri Astra merupakan program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program, pendidikan, kewirausahaan, lingkungan dan kesehatan. Melalui program ini Astra mengajak masyarakat untuk berkolaborasi untuk mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif. Dengan demikian dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 

Selain daerah-daerah yang menjadi Ring 1 Astra, KBA juga dilaksanakan di beberapa kampung yang memang dipilih oleh Astra, dengan pertimbangan memiliki potensi yang kuat dari alam dan budayanya. Salah satu contoh adalah KBA di Desa Tanon, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, desa ini masih memiliki kearifan lokal yang kuat, kesenian masih jalan, dan suasana alam yang masih asri. Melalui KBA Desa Tanon dijadikan paket wisata yang mampu mendatangkan wisatawan. 

Selain memiliki potensi, suatu daerah juga harus memiliki sumber daya, motor penggerak dan perhatian pemerintah untuk mengembangkan daerahnya. Dengan demikian Astra hadir untuk membantu percepatannya. Mungkin masyarakat dan pemerintah ingin mengembangkan daerahnya dalam 5-10 tahun ke depan, namun dengan pendampingan Astra akan terealisasi dalam 1-3 tahun saja. 

Target pendampingan yang dilakukan Astra sendiri antara 3-5 tahun, sampai suatu daerah bisa mandiri dalam menjalankan program. Untuk mengukur perkembangannya, Astra memberikan rating mulai dari Bintang 1 sampai Bintang 5. Rating diberikan berdasarkan standar sesuai dengan bidang yang ada di pemerintah, seperti Kementerian Lingkungan, Kesehatan, Pendidikan dan Perdagangan untuk pilar kewirausahaan. 

Normalnya rating untuk KBA didapatkan 1 bintang dalam satu tahun, namun rating lebih tinggi bisa didapatkan dengan lebih cepat ketika sautu daerah mampu berkembang melebihi target. Seperti Kampung Lengkong Kulon saat ini telah mendapatkan rating Bintang 4 di tahun ke tiga. Setelah mendiri sautu KBA diharapkan dapat berimbas ke daerah lain di sekitar atau daerah lain yang lebih jauh sekalipun. 

Sementara Astra akan membantu daerah-daerah lain yang membutuhkan pendampingan. Program KBA yang diluncurkan tahun 2014, menurut Taufan adalah kelanjutan dari program Astra Green Society yang telah berjalan beberapa tahun sebelumnya. Astra tidak penah ada target sampai kapan program tersebut berjalan, tapi sesuai dengan cita-citanya, selama Astra masih ada harus selalu bermanfaat bagi bangsa. 

Dulu Astra pernah mentargetkan setidaknya mempunyai program di 34 provinsi di Indonesia. Tapi setelah itu tercapai, dikembangkan lagi dengan lebih luas ke beberapa desa, hingga sekarang ada 78 Kampung Berseri Astra dan 359 desa untuk Program Desa Sejahtera. 

Melihat persoalan sosial seperti di Desa Lengkong Kulon dan program yang dijalankan Astra International, diharapkan masih ada program dari pihak swasta lainnya atau pemerintah untuk mempertahankan eksistensi kampung-kampung di Indonesia. Tidak hanya Astra, perusahaan swasta lain juga harus ikut berpacu menyelamatkan kampung-kampung di Indonesia dari perkembangan kota. Perusahaan harus menjadi semangat bagi kampung Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: