Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Waspada

Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Waspada Kredit Foto: Antara/Weli Ayu Rejeki
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung, hingga Senin (24/12) dini hari tetap berstatus Waspada (Level II) dengan rekomendasi bahwa masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekat dalam radius dua kilometer dari kawah.

Staf Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pengamatan Anak Gunung Krakatau, Windi Cahya Untung, menjelaskan dalam laporan yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), selama periode pengamatan 23 Desember 2018, pukul 00.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB, visual gunung jelas hingga kabut dengan skala 0-III. Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal dan tinggi 400 meter di atas puncak kawah.

Sementara, pandangan pada malam tertutup kabut. Terdengar suara dentuman di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau (PGA). Gunung Anak Krakatau sepanjang pengamatan mengalami kegempaan tremor atau getaran terus dengan amplitudo 10-58, dominan 25 mm.

"Data tersebut diambil dari Stasiun Sertung di gugusan pulau kawasan sekitar Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda," ujarnya di Jakarta, Senin (24/12/2018).

Gunung api di dalam laut dengan ketinggian 338 meter dari permukaan laut (mdpl) yang pada Sabtu (22/12) petang terjadi erupsi sehingga sebagian materialnya berguguran ke laut sekitar dan diduga menjadi pemicu tsunami di Selat Sunda itu, sepanjang pengamatan cuaca mendung dan hujan.

Selain itu, angin terpantau bertiup lemah, sedang, hingga kencang ke timur laut dan timur. Suhu udara 24-29 derajat Celsius, kelembapan udara 73-94 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg.

Sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberikan peringatan waspada terkait dampak aktivitas Gunung Anak Krakatau yang belum selesai. Hal ini terkait kemungkinan letusan yang memicu longsoran bawah laut atau gempa yang kemudian menghasilkan tsunami.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: