Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tsunami Tak Terduga dan Duka di Penutupan Tahun (1)

Tsunami Tak Terduga dan Duka di Penutupan Tahun (1) Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Belum terhapus dalam ingatan kita musibah bencana alam berupa gempa bumi yang melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Juli dan gempa bumi disertai tsunami di Sulawesi Tengah pada September 2018.

Saat ini, Indonesia kembali mengalami duka mendalam akibat bencana tsunami yang melanda Selat Sunda atau wilayah Provinsi Banten dan Lampung.

Tsunami yang terjadi di perairan Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam sekitar pukul 21.20 WIB itu sungguh mengejutkan semua pihak, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Geologi Kementerian ESDM, karena peristiwanya tidak didahului dengan gempa bumi.

Dugaan sementara BMKG adalah karena fenomena alam ganda antara lain gelombang pasang akibat bulan purnama dan erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama terjadi gelombang tinggi dan bulan purnama, namun juga terjadi erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga mengakibatkan tsunami," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di Kantor BMKG, Jakarta.

Baik BMKG maupun Badan Geologi Kementerian ESDM memiliki argumen berbeda yang memungkinkan terjadinya tsunami di Selat Sunda. BMKG menjelaskan perkiraan sementara tsunami akibat terjadinya longsoran material di dalam laut. Sedangkan Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar menyebutkan gelombang tsunami diperkirakan akibat aktivitas vulkanik.

Apapun argumen yang disampaikan kedua lembaga tersebut, Tsunami cukup besar itu sudah terjadi tanpa diketahui sama sekali oleh masyarakat sekitar pesisir pantai karena tidak adanya peringatan dini dari BMKG.

Tsunami tak terduga itu menyebabkan ratusan orang meninggal dunia terseret dan terlempar oleh air, ratusan orang mengalami luka-luka berat sampai ringan dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal karena hancur dihempas air.

Data per 25 Desember 2018 dari Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebutkan jumlah korban meninggal dunia mencapai 397 orang terdiri atas 291 orang di Banten dan 106 orang di Lampung. Sementara luka-luka sebanyak 1.030 orang dari Banten 757 orang dan Lampung 273 orang serta hilang 90 orang.

Korban yang meninggal dunia di Banten terbesar di Kecamatan Panimbang 157 orang, Carita 102 orang, Tanjung Lesung 118 orang dan Labuan 80 orang.

Khusus di Tanjung Lesung, gelombang air yang cukup tinggi itu menghantam dan memporakporanda panggung pentas yang saat itu sedang tampil grup band terkenal seventeen yang digelar dalam rangka kegiatan Family Gathering perusahaan PT PLN. Seluruh personil grup musik Seventeen itu meninggal ditempat, kecuali Vokalisnya Riefian Fajarsyah atau yang akrab disapa Ifan yang selamat dari maut tersebut.

Sementara dari pihak PLN dikabarkan 40 orang meninggal dunia, dan 12 korban diantaranya akan mendapatkan santunan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, karena dinyatakan sebagai peserta dan berhak mendapatkan santunan sebesar 48 kali upah, sementara yang mengalami luka-luka diberikan pengobatan sampai sembuh total, kata Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Krishna Syarif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: