Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hasto Kristiyanto: Jangan Gara-Gara Pemilu Peradaban Indonesia Berubah

Hasto Kristiyanto: Jangan Gara-Gara Pemilu Peradaban Indonesia Berubah Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengaku sedih dan geram terhadap video editan yang memuat cawapres Ma'ruf Amin berkostum sinterklas. Sebab  Ma'ruf merupakan sosok ulama yang dihormati kemudian difitnah.

"PDIP sangat sedih dan geram atas berbagai bentuk ambisi kekuasaan yang membuat pikiran gelap dan mata hati tertutup rapat, sehingga hilanglah perasaan welas asih sampai sosok ulama seperti Ma'ruf Amin pun difitnah," ujarnya di Jakarta, Jumat (28/12/2018).

Menurutnya, peradaban Indonesia berubah karena gara-gara pemilu. Fitnah adalah tindakan keji dan membunuh nilai kemanusian.

"Jangan hanya gara-gara pemilu lalu berubah peradaban kita sehingga sosok ulama yang dihormati pun difitnah," katanya.

"Pendidikan budi pekerti dan etika kita sebagai bangsa berkebudayaan yang menempatkan nilai etika dan moral keagamaan serta kebenaran yang hakiki, seharusnya menjadi benteng keadaban politik kita," lanjutnya.

Ia menilai, ada kelompok yang tidak senang terhadap kekompakan nasionalis dan agamais. Di mana keduanya tidak bisa dipisahkan untuk bergotong royong membangun Indonesia.

"Masak sosok seperti Maruf Amin yang telah dipilih Presiden Jokowi sebagai cawapres juga difitnah. Ini bukan kebetulan. Pasti ada kekuatan yang tidak senang melihat kekompakkan nasionalis dan agamis," jelasnya.

Meski demikian, Hasto menyakini masyarakat melihat rekam jejak capres-cawapres dan tidak menyukai berita bohong (hoax). Juga berharap tidak terjadi kembali fitnah yang pernah beredar seperti Obor Rakyat dan kasus Ratna Sarumpaet.

"Beruntunglah Indonesia, masyarakat masih melihat rekam jejak dan hal-hal baik di dalam memilih presiden dan wakil presidennya. Rakyat tidak suka dengan berbagai bentuk fitnah. Kegagalan Proyek Obor Rakyat yang beredar masih pada pilpres 2014 dan terbongkarnya kasus Ratna Sarumpaet tidak boleh terjadi lagi," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: