Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kasus Terorisme di Jatim Paling Menonjol Selama 2018

Kasus Terorisme di Jatim Paling Menonjol Selama 2018 Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Surabaya -

Kepolisian Daerah Jawa Timur menyatakan terorisme merupakan kasus paling menonjol yang mereka tangani sepanjang tahun 2018.

"Meledaknya bom di tiga gereja, di Mapolrestabes Surabaya, Rusunawa Sidoarjo dan Bangil, Pasuruan, adalah peristiwa paling menonjol yang ditangani pada tahun 2018," kata Kapolda Jatim Irjen Polisi Luki Hermawan saat kegiatan Analisa dan Evaluasi (Anev) Kamtibmas 2018 di Mapolda Jatim di Surabaya, Jumat (28/12/2018).

Selama 2018 pihaknya telah menangkap sebanyak 49 terduga teroris di wilayah Jatim, 30 di antaranya terduga teroris ditahan, 10 orang dipulangkan, sementara empat lainnya meninggal dunia.

Pada kasus pidana umum, kasus penganiayaan hingga mengakibatkan meninggal dunianya seorang guru oleh siswa di SMA 1 Torjun, Sampang juga menjadi perhatian mereka.

Kasus menonjol lain adalah kasus penyeragan pos polisi di Wisata Bahari Lamongan, Paciran Lamongan dan kasus penembakan anggota PPS Sampang di Dusun Gimbuk, Kecamatan Sokabanah, Sampang.

"Untuk kasus pidana khusus, kasus pencemaran nama baik yang dilakukan Politikus Partai Gerindra Ahmad Dhani Prasetyo yang diduga menyebut 'Banser Idiot' adalah yang paling menonjol," ucapnya.

Sementara untuk kasus narkotika, selama 2018, Polda Jatim mengungkap 5.574 kasus meningkat 534 kasus atau sebesar 10,6 persen dibanding tahun 2017 yang hanya 5.040 kasus.

"Jumlah tersangka ada 6.961 orang naik 742 tersangka jika dibanding tahun 2017 yang hanya 6.219 tersangka," ucap Luki.

Adapun agenda Kamtibmas yang diwaspadai Polda Jatim pada tahun 2019 adalah kejahatan konvensional seperti premanisme, pencurian dan lain-lain. Juga kejahatan transnasional seperti terorisme dan radikalisme, narkoba, perdagangan manusia dan "cyber crime".

"Yang paling penting adalah antisipasi hoaks, penyebaran ujaran kebencian, isu SARA dan intoleransi yang meningkat pada tahun politik 2019," kata Luki.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: