Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

10 Berita Viral Polemik Impor, Mau Disetop Prabowo Sampai Rencana Impor 100 Ribu Ton Jagung

10 Berita Viral Polemik Impor, Mau Disetop Prabowo Sampai Rencana Impor 100 Ribu Ton Jagung Kredit Foto: Antara/Didik Suhartono
Warta Ekonomi, Jakarta -

Impor di Indonesia tercatat mengalami lonjakan dibanding kinerja ekspor yang justru lesu, terutama di 2018 yang baru saja berakhir. Kinerja impor yang menguat 11,68% atau US$16,88 miliar pada November tahun lalu menjadi penyebab utama defisit neraca perdagangan jatuh cukup dalam.

Presiden Joko Widodo sendiri mengakui, impor yang lebih besar dibanding ekspor sebagai salah satu persoalan perekonomian Indonesia di bawah kepemimpinannya.

Di sisi lain, maraknya impor dimanfaatkan oleh berbagai kalangan sebagai kritik terhadap pemerintahan saat ini, termasuk rival petahana di Pilpres 2019, yakni pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pasangan ini berjanji bakal menyetop impor jika mereka bisa menduduki kursi pemerintahan untuk periode 2019-2023.

Sepanjang 2018, sedikitnya ada 10 berita viral terkait polemik impor di laman Warta Ekonomi.

1. Prabowo Mau Setop Impor, Jawaban Ma'ruf Amin Bikin 'Melongo'

Pernyataan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto terkait penyetopan impor apabila ia terpilih, turut dikomentari calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin.

Menurutnya, pernyataan Prabowo tersebut sangat sulit diwujudkan. Sebab kondisi Indonesia saat ini tidak memungkinkan untuk tidak melakukan impor. Namun, ia menyebut impor segala hal dari luar negeri tidak boleh berlebihan.

Selengkapnya...

2. Prabowo Singung Soal Impor, Tanggapan PDIP 'Cerdas'

Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto berjanji Indonesia tidak perlu lagi mengimpor pangan dan energi apabila dia terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2019 mendatang.

Merepons hal tersebut, Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto mengatakan, pernyataan Ketua Umum Gerindra tersebut merupakan retorika politik belaka. Ia menegaskan PDIP sudah punya cara agar Indonesia bisa berdiri sendiri soal ekonomi, bukan sekadar beretorika.

Selengkapnya...

3. 100 Ribu Ton Jagung Diimpor, Alasan Menteri Darmin 'Aneh'

Pemerintah membuka impor jagung 100 ribu ton untuk kebutuhan pakan ternak. Namun, Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan impor tersebut bakal dikerjakan Perum Bulog.

Meski begitu, kata Darmin, Bulog juga bakal menentukan negara mana saja yang menjadi pemasok jagung. Saat ditanya waktu yang direncanakan, Darmin tak menyebut kapan jagung impor itu tiba di Indonesia. Yang jelas, akan didatangkan secepatnya.

Selengkapnya...

4. Parah! Sandiaga Berbeda Paham dengan Prabowo Soal Impor?

Merespons pernyataan pasangannya, Prabowo Subianto soal penghentian impor kebutuhan pangan apabila terpilih kelak dalam Pilpres 2019, Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno mengatakan, saat ini sumber produksi belum dilakukan pendekatan yang berpihak pada peningkatan. Karena itu, yang terlebih dahulu dibenahi menurutnya ialah data produksi.

Dia mengklaim akan berusaha memperkuat ketersediaan kebutuhan pangan. Impor kebutuhan pangan tidak harus dilakukan jika stoknya tersedia. Namun, ia menyadari ada beberapa kebutuhan yang tidak bisa terpenuhi stoknya. Untuk menambal kekurangan itu harus ada kebijakan lain.

Selengkapnya...

5. Bang Sandi: Pemerintah, Kenapa Masih Impor?

Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno mempertanyakan alasan pemerintah masih mengimpor produk-produk di sektor pangan dan energi. Ia menegaskan seharusnya pemerintah menguatkan produk di kedua sektor tersebut untuk mewujudkan swasembada.

Lanjutnya, ia memberikan contoh ketika kunjungan ke Gorontalo. ia mengatakan masyarakat meminta dirinya dan Prabowo untuk mengembangkan pertanian jagung jika terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.

Selengkapnya...

6. Tekan Defisit Transaksi Berjalan, Pemerintah Harus Segera Sesuaikan Pajak Impor

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan sentimen global akibat normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral AS maupun gonjang-ganjing di Argentina dan Turki menjadi penyebab rupiah melemah.

Kondisi ini diperparah oleh buruknya defisit neraca transaksi berjalan. Untuk itu, pemerintah berupaya menekannya dengan memperbaiki izin usaha melalui sistem pelayanan terpadu (OSS) guna mendorong investasi berbasis ekspor maupun subtitusi impor.

Selengkapnya...

7. Alibaba Alokasikan US$200 Miliar untuk Impor Barang, Termasuk Indonesia

Alibaba Group mengalokasikan dana sedikitnya US$200 miliar untuk mengimpor barang dari 120 negara, termasuk Indonesia, dalam jangka lima tahun mendatang.

Selama periode 2019-2023, Alibaba akan mengimpor sejumlah komoditas dari berbagai negara, di antaranya Jerman, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Indonesia, dan Korea Selatan.

Selengkapnya...

8. Agustus, Kinerja Ekspor-Impor Indonesia Menurun

Kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Agustus 2018 mengalami penurunan. Nilai ekspor turun 2,90% menjadi US$15,82 miliar terhadap posisi Juli 2018 sebesar US$16,24 miliar. Sedangkan, nilai impor tercatat sebesar US$16,84 miliar atau turun 7,97% dibandingkan Juli 2018.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, penurunan kinerja ekspor disebabkan oleh anjloknya nilai ekspor di sektor migas (minyak dan gas). Ekspor migas terkontraksi 3,27% dari posisi Juli 2018.

Selengkapnya...

9. Dampak Kebijakan Pembatasan Impor Perlu Diantisipasi

Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, pemerintah perlu mengantisipasi dampak kebijakan pembatasan impor. Menurutnya, salah satu dampak yang berpotensi terjadi akibat pembatasan impor adalah melemahnya daya beli masyarakat.

Hizkia mengakui defisit neraca perdagangan dapat berdampak negatif pada kestabilan moneter Indonesia, namun pemerintah juga harus memikirkan dampak pembatasan impor terhadap para konsumen, terutama mereka yang termasuk dalam masyarakat miskin.

Selengkapnya...

10. Demi Petani, Waktu Impor Beras Harus Tepat

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, pemerintah perlu mempertimbangkan waktu impor beras yang tepat. Salah satu tujuannya untuk melindungi harga beras hasil panen petani. Dia menjelaskan, impor masih menjadi instrumen penting dalam mengendalikan harga beras di Tanah Air.

Selengkapnya...

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: