Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berlaku Regulasi Baru, Didi Chuxing Terancam Kehilangan 50% Mitra Pengemudi

Berlaku Regulasi Baru, Didi Chuxing Terancam Kehilangan 50% Mitra Pengemudi Kredit Foto: Techcrunch
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada Selasa (1/1/2019), aplikasi ride-hailing Didi Chuxing China mengharuskan pengemudinya memiliki lisensi ganda, satu untuk mengemudi dan yang lainnya untuk mobil yang dikendarai. Pemerintah kotamadya di seluruh negeri Tirai Bambu telah mengubah ketentuan tentang itu. Namun, kebijakan baru itu mengancam mata pencaharian pengemudi paruh waktu Didi Chuxing.

Berdasarkan laporan Konsultan Bain and Company pada Oktober 2017, mayoritas pengemudi Didi Chuxing menekuni pekerjaannya sebagai paruh waktu. Laporan itu menyebutkan setengah pengemudi startup di sektor ride-hailing bekerja kurang dari 2 jam per hari.

"Tidak ada pengemudi paruh waktu yang ingin mendaftarkan mobil pribadi mereka sebagai mobil komersial karena tingginya biaya yang harus ditanggung oleh mereka. Seharusnya para pekerja paruh waktu tidak harus membayar tagihan asuransi dan sebagainya," ujar seorang pengemudi di Shenzhen, dilansir dari TechCrunch, Rabu (2/2/2019).

Untuk mendapat izin mengemudi di sejumlah kota, pengemudi harus memenuhi persyaratan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Dalam beberapa kasus ekstrim, merek juga harus memiliki Kartu Keluarga (hukou) lokal, izin tinggal yang mengontrol lokasi bekerja penduduk secara legal. Banyak pengemudi Didi yang tidak memiliki hukou perkotaan karena mereka adalah pekerja imigran dari pedesaan China. Sulit bagi mereka untuk memenuhi persyaratan tersebut.

Di sisi lain, lisensi mobil mengharuskan kendaraan beroperasi secara komersial, membuat pengemudinya harus membayar biaya asuransi dan pemeliharaan mobil, dan harus mencicil kendaraan mereka selama delapan tahun.

Pada 2017, Didi menguasai 90% pasar ride-hailing di China. Didi pun dianggap sebagai lambang sharing economy di China, istilah yang digunakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Menurut Pusat Informasi dari Pusat Penelitian Ekonomi Berbagi China, berbagai platform dari mobilitas hingga perawatan lansia, mampu menghimpun US$764 miliar pada 2017.

Namun, kejayaan industri ride-hailing China akan terancam bila regulasi baru diberlakukan oleh pihak penyedia aplikasi dan pemerintah. Kabarnya, regulasi itu akan membuat para pekerja paruh waktu mengeluarkan lebih banyak biaya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: