Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Film DreadOut Mengudara, Berapa Nilainya? | Review

Film DreadOut Mengudara, Berapa Nilainya? | Review Kredit Foto: Tanayastri Dini Isna
Warta Ekonomi, Jakarta -

Film horror adaptasi dari gim Indonesia, DreadOut, mengudara hari ini (3/1/2019) di bioskop-bioskop Indonesia. Film besutan sutradara Kimo Stamboel itu menjadi salah satu film lokal yang diantisipasi penikmat film horror tanah air, khususnya mereka yang memang memainkan gim DreadOut yang dibuat oleh Digital Happiness sejak beberapa tahun lalu.

Film DreadOut sendiri menceritakan sekelompok remaja di era digital yang ingin tenar dengan melakukan siaran langsung di apartemen tak terpenghuni dan sudah ditutup sejak lama. Mereka mengajak perempuan yang merupakan tokoh utama, Linda, untuk ikut serta dengan mereka karena ia kenal baik dengan satpam penjaga apartemen tua itu.

Tak disangka, ternyata keterlibatan Linda dalam ajang panjat sosial dari 5 remaja itu justru berujung pada petualangan sekaligus petaka. Mereka harus berurusan dengan pasukan pocong bercelurit, hingga perempuan berkebaya merah—villain utama dari film adaptasi tersebut.

Pada Rabu (2/1/2019), Warta Ekonomi berkesempatan menyaksikan pemutaran perdana film yang dibuat sebagai prekuel dari gim DreadOut  itu. Oleh karena itu, Warta Ekonomi akan memberikan ulasan terhadap film tersebut sebagai bahan pertimbangan Anda yang tertarik untuk menyaksikannya di layar lebar.

Alur Cerita

Secara keseluruhan, alur film DreadOut dikemas denga rapi. Dengan semua masalah dan masing-masing penjelasannya. Namun, Anda harus menyaksikan film dengan saksama bila ingin memahami tiap pertanyaan yang muncul di benak Anda. Bila tidak menyimak dengan baik, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu mungkin akan sulit Anda temukan karena tak dinyatakan secara langsung.

Lebih lanjut, terdapat sebuah plot twist yang mengejutkan menjelang akhir film. Berdasarkan analisis Warta Ekonomi, plot twist itu menjawab pertanyaan mengenai alasan di balik diajaknya Linda oleh Erik, Dian, Beni, Jessica, dan Alex untuk pergi ke apartemen tak berpenghuni itu.

Ketegangan yang mengejutkan

Bukan film horror namanya bila tak menegangkan dan memberi suasana mencekam. Film DreadOut menyajikan banyak ketegangan di setiap adegan yang melibatkan tokoh villain-nya, yakni . Namun, ketegangan yang diberikan tak membuat para penonton ketakutan—justru penasaran. Setiap kali Linda dan kawan-kawan berhadapan dengan hantu, berbagai reaksi dari para penonton di studio pun mengikuti. Mulai dari ketegangan, ketakutan, hingga tawa.

Ketegangan yang diciptakan oleh Kimo melalui kombinasi audio dan visual benar-benar apik. Alih-alih merasa takut, Warta Ekonomi malah merasakan keseruan dan mengantisipasi adegan selanjutnya karena rasa penasaran.

Namun, bagi Anda yang merasa tidak bisa menoleransi suara-suara yang mengagetkan atau adegan jumpscare, sepertinya film ini akan membawa dampak lelah. Mengapa? Sebab banyak sekali adegan yang dapat membuat Anda terkejut.

Kelemahan Hantu adalah Flash?

Dalam gim DreadOut, Linda menggunakan handphone untuk menyingkirkan para hantu. Dalam sebuah gim, hal itu mungkin masih masuk akal. Namun, di film DreadOut, hal itu dapat menjadi kejanggalan bagi penonton yang tak mengetahui gim DreadOut.

Mengapa mereka lemah terhadap flash kamera milik Linda?

Bila alasannya “untuk menyesuaikan dengan gim”, mungkin hal itu terdengar kurang memuaskan. Setidaknya, berilah sebuah alasan spesifik yang dapat diterima akal sehat. Apalagi, film tersebut membawa “era digital” sebagai latar waktunya—dibuktikan dengan para karakter yang mengagungkan pengikut di media sosial.

Bila memang tidak bisa dijelaskan alasan di balik hal tersebut, mungkin “senjata” Linda bisa diganti dengan sesuatu yang masuk akal. Keris milik si kebaya merah, misalnya?

Kuatnya Karakterisasi Pemain

Beberapa penonton yang menyaksikan DreadOut lewat media screening mengaku tidak yakin dengan jajaran pemain di film itu. Alasannya, karena mereka terlalu muda dan masih banyak aktor dan aktris lain yang memiliki pengalaman lebih besar dari mereka. Akan tetapi, mereka berhasil mematahkan pandangan tersebut.

Di gimnya, hanya ada tokoh Linda, Kebaya Merah dan hantu lainnya, serta sahabat Linda bernama Ira saja. Pada film DreadOut, ada tokoh Linda (Caitlin Halderman), Erik (Jefri Nichol), Dian (Susan Sameeh), Beni (Iryadillah), Jessica (Marsha Aruan), Alex (Ciccio Manassero), Ira (Cathy Natafitria) dan Kebaya Merah (Rima Melati).

Para pemain itu mampu membuat suasana menjadi hidup. Mereka menggambarkan perasaan masing-masing tokoh dengan apik sehingga penonton pun mampu merasakannya. Akting mereka perlu diberikan acungan jempol.

Penempatan Efek Suara yang Tepat

Sebuah adegan dapat mengejutkan penonton bila gabungan visual dan audionya sesuai. Inilah yang dapat diwujudkan oleh Kimo Stamboel dan timnya dalam film DreadOut. Anehnya, meskipun penonton bisa menebak kemunculan villain lewat efek suara, adegannya masih dapat dinikmati. Selain untuk mengejutkan penonton, efek suara dalam DreadOut juga mendukung dramatisasi adegan demi adegan.

Nilai akhir untuk film DreadOut, 8/10—layak untuk disaksikan sebagai hiburan di awal tahun. Meski begitu, harus diingat bila film ini memiliki rating 17+ sehingga yang bisa menyaksikannya hanya remaja berumur 17 tahun ke atas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: