Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat Nilai TKN Jokowi-Ma'ruf Lebih Baik Dibanding BPN Prabowo-Sandi, Kenapa?

Pengamat Nilai TKN Jokowi-Ma'ruf Lebih Baik Dibanding BPN Prabowo-Sandi, Kenapa? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Bonu Hargen menyarankan agar pendukung Jokowi-Ma'ruf tidak mengikuti pola kampanye Prabowo-Sandi yang menggunakan kampanye negatif di media sosial.

"Jokowi-Ma'ruf jangan menari di tabuhan genderang oposisi yang mencoba memainkan pola-pola kampanye negatif dan kampanye hitam karena agak berbahaya untuk Jokowi kalau meniru," kata Boni dalam diskusi di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan berdasarkan data LPI, ada kecenderungan para pendukung Jokowi-Ma'ruf di bulan Oktober-Desember 2018 meniru gaya kampanye Prabowo-Sandi dengan menggunakan kampanye negatif.

Menurut Boni, sebenarnya kekuatan Jokowi ada pada kampanye positif bukan kampanye negatif sehingga semakin bertahan dengan cara itu maka akan semakin kuat.

"Pola kampanye negatif, misalnya, menyindir Prabowo tampang Boyolali yang dipersoalkan berlebihan, lalu beberapa tingkah Sandi dipersoalkan, meme mengangkat Prabowo sebagai duda tidak beristri, itu hal-hal yang tidak mencerdaskan," ujarnya.

Boni menilai langkah meniru tersebut karena ada kejenuhan terhadap skenario negatif dan kampanye hitam oposisi sehingga muncul kemarahan sehingga itu naluri alamiah.

Karena itu, dia menilai pembenahan perlu dilakukan karena kekuatan Jokowi ada pada kampanye positif sehingga ketika tetap digunakan kata masyarakat akan berubah, tadinya pesimis menjadi optimistis.

"Namun, evaluasi sudah dilakukan dan bersyukur itu bukan dari resmi tim kampanye Jokowi-Ma'ruf yang lakukan kampanye negatif. Karena itu pembenahan perlu karena kekuatan Jokowi ada kampanye positif," ujarnya.

Menurut dia, kampanye negatif tersebut untungnya tidak dilakukan oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, namun tim informal.

Namun, dia menilai harus ada upaya mengembalikan kurva strategi di 2019 agar stabilitas dukungan terjaga dan upaya peningkatan elektabilitas.

"Kalau di kuartal 1 Jokowi digempur habis-habisan dengan pendekatan agresif oposisi lalu Jokowi bertahan dengan pola defensif maka di kuartal 2 harus agresif dengan pendekatan positif," ucapnya.

Boni meyakini di kuartal kedua atau bulan Januari-April 2019, Tim Sukses dan pendukung Jokowi-Ma'ruf akan kembali menggunakan kampanye positif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: