Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Birokrasi: Kerikil Besar bagi Startup Indonesia

Birokrasi: Kerikil Besar bagi Startup Indonesia Kredit Foto: Unsplash/William
Warta Ekonomi, Jakarta -

Memasuki era industri 4.0 dengan kecepatan internet dan penetrasi pasar ponsel cerdas yang semakin meningkat, perusahaan rintisan digital (startup) akan berperan penting terhadap ekonomi Indonesia ke depan.

Dengan pertumbuhan 5% dalam beberapa tahun terakhir, menjadikan Indonesia sebagai negara Asean yang menarik bagi para investor, khususnya untuk investasi startup.

Perusahaan riset untuk pasar Asia dan Eropa, BOI Research, baru-baru ini merilis hasil penelitiannya mengenai tantangan yang dihadapi para startup Indonesia. Menurut Direktur BOI Research, Ingmar van den Brink, dari pelaku industri startup yang disurvei, rata-rata hambatannya berkisar soal birokrasi, penjualan, lokasi kantor, pengelola keuangan, rekrutmen pegawai, dan peningkatan kapasitas dari tim yang ada.

"Dari sisi birokrasi, dari data yang kami peroleh, rata-rata pelaku startup menganggap sulit mendirikan perusahaan di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga. Proses izin dan administrasi untuk mendaftarkan usaha bisa memakan waktu dua hingga tiga bulan, meskipun sudah menggunakan agen atau notaris. Untuk pelaku usaha asing, waktu yang dibutuhkan bisa mencapai lima bulan. Ini disebabkan oleh ketidakjelasan informasi dan persyaratan yang harus dipenuhi. Tentu ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah," tutur Ingmar dalam keterangan resminya, Selasa (8/1/2019).

Selain itu, tambah Ingmar, banyaknya startup yang berguguran di tengah jalan selain karena kurangnya modal, juga disebabkan oleh rencana bisnis yang kurang matang dan produk yang tidak unik atau kompetitif.

"Rata-rata startup mendapatkan dana awal dari lingkup terdekatnya, seperti keluarga atau teman. Startup yang menggunakan dana pribadi sering mengalami kesulitan setelah beberapa waktu, mereka kehabisan dana karena perencanaan keuangan yang tidak matang," jelasnya.

Selain masalah modal, Ingmar memaparkan, mayoritas pelaku usaha ingin membuka kantor di Jakarta, karena ibukota dianggap masih memiliki potensi pasar yang besar. Namun, harga sewa kantor di kota megapolitan tersebut sangatlah tinggi, yang akhirnya membuat pelaku usaha menjadikan rumah sebagai kantor atau menggunakan virtual address.

Terkait dengan pertumbuhan bisnis, startup Indonesia mayoritas berharap bisa break event point (BEP) di tahun ketiga hingga kelima. Faktor rendahnya ekuitas perusahaan serta tingginya kompetisi di industri yang sama menjadi penyebab para pelaku startup tidak bisa mencetak keuntungan di tahun-tahun pertama.

"SDM pun menjadi isu bagi startup di sini. Minimnya keterampilan teknis para lulusan universitas menjadi kendala tersendiri bagi perusahaan untuk berkembang. Mayoritas pemilik startup mengatakan mereka lulus dari pendidikannya dalam kondisi yang tidak siap dengan dunia kerja. Selain itu, para lulusan ini juga memiliki ekspektasi tinggi yang sering tidak bisa dipenuhi startup," tambah Ingmar lagi.

Meski demikian, kata Ingmar, kesalahan tidak sepenuhnya terletak pada para fresh graduate tersebut. Manajemen startup sendiri pun luput memberikan pelatihan-pelatihan rutin untuk mengembangkan kapasitas sumber daya internalnya.

"Dari yang kami survei, lebih dari setengah responden mengatakan mereka menyediakan pelatihan kepada timnya. Namun sayangnya, tidak rutin diadakan karena keterbatasan waktu," ujarnya.

Riset ini melibatkan 23 startup yang beroperasi di Jakarta, Bandung, dan Denpasar dengan masa berdiri kurang dari lima tahun. Sebanyak 64% responden adalah CEO dan 36% pada posisi manajerial.

Selain itu, 53% responden berlatar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi, 33% dari bidang komunikasi dan hubungan internasional, sedangkan 14% dari teknik. Dari sisi gender, 64% responden adalah pria dan 36% wanita.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: