Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Miris, Okupansi KA Bandara Soetta Selama 2018 Hanya 26%

Miris, Okupansi KA Bandara Soetta Selama 2018 Hanya 26% Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Proyek transportasi massal Kereta Api (KA) Bandara Soekarno-Hatta genap beroperasi selama setahun setelah diresmikan pada 2 Januari 2018 oleh Presiden RI Joko Widodo di Terminal Kereta Bandara Soekarno-Hatta.

Awal kemunculan moda transportasi yang menghubungkan langsung ke Bandara ini menimbulkan banyak antusias dari masyarakat khususnya warga Jabodetabek. Ditambah lagi KA Bandara juga merupakan karya anak bangsa yang dikembangkan sendiri oleh BUMN-BUMN yang terlibat di dalamnya.

Namun bagaimana KA Bandara Soekarno-Hatta di tahun perdananya?

Institut Studi Transportasi menjelaskan, Okupansi (tingkat keterisian tempat duduk) KA Bandara masih jauh dibawah harapan. Dimana okupansi selama setahun kebelakang adalah 26%.

"Tingkat keterisian KA bandara jauh dari harapan. Dari studi kami, okupansi hanya 26%, dari ideal ketersedian itu adalah 60%," jelas Deddy Herlambang selaku Peneliti Institut Studi Transportasi, dalam acara Review Satu Tahun Kereta Bandara di Hotel Sari Pacific Jakarta, Rabu (9/1/2019).

Transportasi masal yang dikelola PT Railink ini terdapat 79 perjalanan kereta dari 82 slot yang tersedia. Apabila 1 rangkaian sarana KA Bandara SF6 eksisting berkapasitas 272 orang penumpang, maka total per hari mampu memuat 19.040 penumpang dari Bekasi-Jakarta-Bandara Soetta PP.

Namun, hingga November 2018 okupansi pengguna pada hari biasa (Senin-Kamis) 2.700 sampai 3.000 penumpang.

Melihat latar belakang permasalahan, Deddy memiliki beberapa poin. Seperti masih rendahnya tingkat keterisian bandara karena lemahnya perencanaan makro dan mikro. Sehingga kurang terintegrasi dengan Mida transportasi lainnya yang memudahkan pengguna untuk berpindah moda.

Kemudian, diperlukannya konsep integrasi satu simpul terminal untuk koneksitas antar moda yang saling menguntungkan antara Mida perkeretaapian, darat, dan udara di dalam kawasan Bandara Soekarno-Hatta.

Lanjutnya, dalam hal ini moda transportasi kereta api tidak dapat berdiri sendiri dalam melayani pengguna bila ingin okupansi penggunaanya bertambah, maka di setiap Stasiun pemberhentian kereta api tetap diperlukan integrasi moda angkutan umum darat lain.

"Jadi dalam hal ini tetap diperlukan sinergi strategis untuk integrasi antar moda dengan angkutan umum darat lain yang berbasis jalan raya," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: