Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Rencana Kibif Setelah Listing di Bursa

Begini Rencana Kibif Setelah Listing di Bursa Kredit Foto: Nadya Zul El Nuha
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Estika Tata Tiara Tbk atau Kibif baru saja mencatatkan sahamnya di papan perdagangan Bursa efek Indonesia (BEI). Saat perdana melantai, saham KIBIF naik 140 poin atau 41,18 persen ke Rp140 per saham. 

Lalu apa rencana emiten yang memperoleh kode saham BEEF ini setelah mencatatkan saham?

Direktur Utama PT Estika Tata Tiara Tbk, Yustinus Sadmoko mengungkapkan bahwa setelah selesai melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) perusahaan akan menggenjot kinerjanya hingga dua kali lipat. 

Ia mengungkapkan bila pada tahun ini perseroan menargetkan pendapatan akan melonjak 50 persen dibandingkan dengan pencapaian di tahun 2018 yang sebesar Rp900 miliar. 

"Target kita tahun 2018 ini posisi Rp900 miliar target 2019 Rp1,4 triliun jadi ada kenaikan sekitar 50%, untuk nett income (laba bersih) Rp80 miliar," ungkapnya, di Jakarta, Kamis (10/1/2019). 

Laba bersih perseroan tersebut mengalami kenaikan sebesar tiga kali lipat dari estimasi di tahun 2018 senilai Rp25 miliar. Hal tersebut, lanjut Yustinus disebabkan oleh peningkatan kapasitas produksi perseroan di tiga pabriknya yang bakal lompat 300 persen. 

"Kita ada tiga pabrik di Cikarang kita akan modernisasi kemudian di Subang kita akan tambah kapasitas lagi akan 300% kenaikannya, di Salatiga juga penambahan kapasitas sekitar 300% juga. Kita juga optimalkan ladang untuk penggemukan sapinya, juga akan ada penambahan kapasitas dengan penambahan kandang terbuka yang akan kita renovasi semua," terangnya. 

Perseroan pun akan menggunakan dana hasil IPO untuk merealisasikan rencananya tersebut. Perseroan akan mengantongi dana segar sekitar Rp128,13 miliar dari hasil penjualan sebanyak 376.862.500 unit saham atau 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. 

"Pengunaan dana (IPO) sebagian besar untuk modal kerja, sekitar 70 persen dan 30 persen untuk investasi seperti penambahan kapasitas produksi kita. Jadi modal kerja untuk pembelian bahan baku kemudian untuk pembelian barang dagangan," ucapnya. 

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: