Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dua Hari Berturut-turut, Jokowi Blusukan Bareng PNM

Dua Hari Berturut-turut, Jokowi Blusukan Bareng PNM Kredit Foto: PNM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo hari ini (10/1/2019) kembali melakukan kunjungan Nasabah Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) yang merupakan program milik salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Kunjungan Jokowi kali ini di Jakarta Timur tepatnya di lapangan Gongseng, Ciracas.

Dalam kunjungannya, Jokowi didampingi oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, dan Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi.

Sama seperti kunjungan sebelumnya di Tambora Jakarta Barat pada Rabu kemarin (9/1/2019), Jokowi bertanya-tanya kepada ibu-ibu Mekaar tentang berapa besar dana pinjaman yang diterima, dan dana tersebut dipergunakan untuk usaha apa saja.

"Disini pada dapet berapa? Rp2 Juta sampai Rp3 Juta? Kalau yang dapet Rp10 juta ada?," canda Presiden Jokowi yang juga disambut tawa para anggota Program Mekaar.

Dirinya menjelaskan, bahwasanya program Mekaar PNM merupakan usaha super mikro yang dibantu oleh pemerintah di setiap provinsi.

Presiden Jokowi juga meminta para Ibu Mekaar untuk dapat memanfaatkan pembiayaan tersebut secara baik dan tepat guna, termasuk disiplin dalam angsuran.

PNM Mekaar memberikan pembiayaan untuk membantu ibu-ibu prasejahtera menjadi sejahtera, dengan cara memberi modal usaha dengan bantuan pelatihan serta pengembangan usaha.

"Program Mekaar ini hadir agar ibu-ibu usahanya yang masih super mikro ini makin berkembang dan besar. Ada yang buka warung atau usaha nasi uduk, itu bisa tambah besar lagi usahanya," ujar Jokowi sambil memotivasi Ibu-Ibu di Lapangan Gongseng Ciracas.

Terakhir, Jokowi juga mengajarkan agar para ibu-ibu nasabah terbiasa dalam melakukan pembukuan disetiap kegiatan usahanya, baik itu pengeluaran maupun pemasukan.

"Kita juga harus ada pembukuan. Contohnya kalau penjual nasi uduk itu mencatat ketika beli beras berapa?, beli minyak berapa?, dan lain-lain. Nggak bisa beli apa-apa itu di hafal," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: