Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

12 Perjanjian Dagang Buka Pasar Ekspor Non-Tradisional

12 Perjanjian Dagang Buka Pasar Ekspor Non-Tradisional Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan (Kemendag) akan semakin gencar memperluas akses pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, langkah tersebut sebagai upaya antisipasi bila mana  pasar ekspor utama Indonesia mengalami perlambatan akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi global.

"Kami akan terus membuka pasar-pasar baru. Kalau kita hanya mengacu ke pasar-pasar tradisional, maka kita bisa bayangkan apa yang terjadi dengan kondisi ekonomi global seperti ini," kata Enggar sapaan akrabnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (10/1/2019).

Enggar mengatakan, pembukaan akses pasar-pasar ekspor baru akan dilakukan dengan beberapa langkah. Di antaranya menambah perjanjian perdagangan internasional baru hingga mengintensifkan kegiatan misi dagang.

"Tahun ini kami berkomitmen menyelesaikan 12 perjanjian perdagangan internasional," tambahnya.

Ke-12 perjanjian perdagangan internasional itu, antara lain Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dengan Mozambik, Tunisia, Maroko, dan Iran, serta Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dengan Turki, Korea Selatan, dan Uni Eropa.

Selain itu, ada Asean Trade in Service Agreement (ATISA), General Review IJEPA, First Protocol to Amend of Asean Japan CEPA (Investment and Services), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), serta mempercepat penandatanganan Indonesia-Australia CEPA.

Enggar mengungkapkan, pemerintah juga melirik pasar ekspor di kawasan Asia, yaitu Korea Selatan tahun ini. Kemendag pun menargetkan kerja sama dagang dengan Korea Selatan dalam bentuk CEPA yang rampung pada 2019.

Sementara itu, untuk menjaga stabilisasi ekonomi Indonesia di masa depan, Enggar mengingatkan beberapa hal yang perlu diantisipasi, baik di lingkup global maupun domestik. Pada lingkup global, hal-hal perlu yang diantisipasi, yaitu perekonomian global yang melambat 3,7%, volume perdagangan dunia yang tumbuh 4%, serta harga beberapa komoditas nonmigas, seperti minyak sawit, karet, kopi, kakao, teh, udang, kayu gergajian, dan barang tambang (aluminium, tembaga, nikel, dan timah) yang diprediksi menguat 0,3–3,9%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: