Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CIPS: Ketergantungan Rupiah Terhadap The Fed Masih Jadi PR Pemerintah

CIPS: Ketergantungan Rupiah Terhadap The Fed Masih Jadi PR Pemerintah Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah harus menemukan cara untuk mengurangi ketergantungan Rupiah terhadap kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Assyifa Szami Ilman, mengungkapkan, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat saat ini tidak dapat dipungkiri karena adanya pengaruh kebijakan The Fed.

"The Fed yang mengindikasikan bahwa mereka tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga di 2019. Pernyataan tersebut kemudian direspon oleh pelaku ekonomi di seluruh dunia untuk memberanikan diri mengalirkan modal ke pasar-pasar negara berkembang (emerging markets). Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk emerging market," jelas Ilman dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (11/1/2019)

Dibalik kondisi yang baik ini, lanjut Ilman, sebenarnya tersimpan permasalahan yang harus segera dibenahi pemerintah. Salah satu permasalahan tersebut adalah bahwa betapa Rupiah cukup bergantung kepada dinamika kebijakan pemerintah Amerika Serikat.

"Dengan kondisi pemerintahan Ameika Serikat yang tidak stabil dibawah rezim Presiden Trump, tidak menutup kemungkinan bahwa The Fed melakukan perubahan kebijakan secara tidak terduga yang pada akhirnya akan menghantam nilai mata uang Rupiah,” tambah Ilman.

Lebih lanjut Ilman menerangkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak kebijakan The Fed terhadap Rupiah. Pemerintah perlu melakukan upaya-upaya untuk mendorong arus modal yang sifatnya tetap, sehingga lebih sulit untuk berpindah ke luar negeri.

"Investasi Langsung Asing (FDI) berperan penting dalam hal ini dan dapat dicapai dengan, salah satunya mempermudah birokrasi bisnis dan menciptakan iklim investasi yang baik," kata Ilman.

Selain itu, Ia menambahkan, pemerintah juga perlu mendorong pelaku pasar dan pemegang mata uang asing untuk menyimpan mata uang asing di Indonesia, yang salah satunya dapat dicapai dengan meningkatkan daya tarik produk keuangan yang dirilis pemerintah seperti Surat Utang Negara dan produk lainnya.

Ilman mengatakan, tidak mudah untuk memprediksi pergerakan Rupiah. Hal ini disebabkan saat ini sebagian modal asing yang ada di Indonesia ada dalam bentuk produk keuangan (yang cenderung lebih volatil dan mudah untuk berpindah ke luar Indonesia).

"Tidak dapat dipungkiri Rupiah dapat mudah bergejolak apabila The Fed merasa ada dinamika yang terjadi di perekonomian Amerika Serikat yang perlu mereka respon. Di sisi lain, perubahan kebijakan yang menjadi lebih ramah investasi tidak dapat memberikan pengaruh yang instan," pungkasnya.

Namun, lanjutnya, perlu tetap dilakukan agar Rupiah kedepannya lebih memiliki ketahanan dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: