Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rendahnya Produktivitas Akibatkan Permasalahan Produksi Jagung Nasional

Rendahnya Produktivitas Akibatkan Permasalahan Produksi Jagung Nasional Kredit Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Assyifa Szami Ilman, mengatakan, salah satu permasalahan dalam produksi jagung nasional adalah rendahnya produktivitas Untuk itu, pemerintah sebaiknya mendorong berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung nasional.

Ilman mengatakan, cuaca adalah faktor yang sangat menentukan dalam produksi jagung Tanah Air. Cuaca buruk dapat menyebabkan tertundanya musim tanam. Tertundanya musim tanam dapat menghambat pertumbuhan jagung yang optimal.

“Contohnya pada tahun 2009/2010, produktivitas jagung nasional turun sebesar 0,45 % dari periode sebelumnya akibat El Nino. Hal ini pada akhirnya menyebabkan tertundanya musim tanam pertama selama dua bulan,” jelas Ilman sesuai keterangan resmi yang diterima Warta Ekonomi di Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah sebaiknya mengevaluasi program Upaya Khusus (UPSUS) yang sudah dijalankan sejak 2015 dengan menghentikan pemberian benih jagung hibrida untuk daerah-daerah yang sudah memiliki pasar jagung kuat. Daerah pasar jagung kuat adalah daerah yang petani jagungnya lebih suka menggunakan beni jagung hibrida non subdisi yang berkualitas tinggi daripada benih UPSUS.

“Program ini juga sebaiknya dihentikan pada daerah dengan pasar jagung lemah karena petani di pasar ini umumnya tidak menjadikan budidaya jagung sebagai prioritas dan mata pencaharian mereka. Namun program UPSUS efektif diberikan di daerah dengan pasar jagung semi kuat untuk memperkenalkan penggunaan benih jagung hibrida pada petani yang belum pernah menggunakannya,” tandasnya.

Menurut Ilman, dalam masa peralihan dari benih tradisional ke benih hibrida, pemerintah harus tetap hadir memberikan dukungan.

"Salah satunya adalah dengan bekerja sama dengan swasta untuk memperbaiki proses pascapanen," ucap Ilman.

Kemudian Ilman menambahkan, berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA), dari 2008/2009 hingga 2017/2018, rata-rata produktivitas jagung di Indonesia hanya sebesar 2,81 ton per hektar. Jumlah ini lebih kecil daripada produktivitas jagung di Thailand yang sebesar 4,28 ton per hektar, Brazil 4,85 ton per hektar dan China yang sebesar 5,76 ton per hektar.

"Namun pada periode yang sama pula, peningkatan produktivitas rata-rata tahunan di Indonesia adalah 60,11 kilogram per hektar per tahun. Jumlah ini adalah yang terbesar kalau dibandingkan dengan Thailand yang sebesar 36,75 kilogram per hektar per tahun dan China yang sebesar 59,52 kilogram per hektar per tahun. Sementara itu Brazil adalah yang tertinggi dengan 209,27 kilogram per hektar per tahun," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: