Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belum Tonton Keluarga Cemara? Simak Dulu Ulasannya!

Belum Tonton Keluarga Cemara? Simak Dulu Ulasannya! Kredit Foto: Tanayastri Dini Isna
Warta Ekonomi, Jakarta -

Serial TV Keluarga Cemara merupakan salah satu tayangan legendaris pada tahun '90-an. Serial itu disebut legendaris karena pernah menerima sejumlah penghargaan, seperti Program Anak Terfavorit pada Panasonic Gobel Award tahun 2000 dan Serial Televisi Terpuji pada Festival Film Bandung tahun 2001. Kabar menyenangkannya, serial itu diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama dan sudah mengudara sejak 3 Januari lalu.

Sama seperti serial televisinya, film Keluarga Cemara juga mengangkat nilai kebahagiaan yang sederhana. Ide dari sutradara, penulis skenario, dan tim produksi dituangkan ke dalam dinamika permasalahan keluarga sehari-sehari sehingga sangat relevan bagi penontonnya. Ringgo Agus Rahman (Abah), Nirina Zubir (Emak), Zara JKT48 (Euis), dan Widuri Puteri (Ara) siap mengajak para penonton untuk larut dalam kisah keluarga mereka.

Pada Senin (14/1/2019) lalu, Warta Ekonomi telah mengikuti kisah Abah dan keluarganya. Lalu, bagaimanakah ulasan Warta Ekonomi terhadap film Keluarha Cemara? Berapa nilai yang pantas didapatkan film besutan Yandy Laurens itu?

1. Karakterisasi Pemain Utama yang Apik

Abah
Abah digambarkan sebagai sosok bapak yang rela berjuang untuk keluarganya dan kerap memberikan yang terbaik untuk mereka. Ia rela mencari nafkah hingga kakinya patah, demi anak dan istri.

Namun, sebagai manusia, ia masih memiliki kekurangan yang menunjukkan ketidaksempurnaannya. Ia merasa paling tahu yang terbaik untuk keluarganya, padahal ia belum memastikannya secara langsung. Itulah yang akhirnya menimbulkan beberapa konflik dalam keluarga 'cemara'nya.

Umumnya, film yang dimainkan Ringgo bergenre komedi, seperti film Jomblo (2016). Tak hanya itu, ia juga sering menuliskan caption nyentrik di Instagramnya. Namun, ternyata ia bisa memainkan tokoh bijak Abah dengan sangat baik. Imej Ringgo yang dikenal suka bercanda seakan lenyap dalam film Keluarga Cemara.

Emak
Tokoh Emak merupakan definisi terbaik dari kalimat 'di balik laki-laki hebat ada perempuan yang kuat'. Saat keluarganya ditimpa masalah yang berat, ia tidak menunjukkan sisi lemahnya. Sebaliknya, ia justru berusaha sekuat mungkin untuk menopang keluarga di saat suaminya sedang tidak bisa melakukan hal itu.

Nirina yang juga terkenal karena memainkan film dengan tokoh yang lucu, seperti di Get Married, kali ini dituntut untuk berperan sebagai tokoh Emak yang cenderung serius. Aktingnya mampu menggambarkan perasaan Emak dengan sempurna.

Euis
Jika dinilai dengan sekilas, karakter Euis pada awalnya terlihat menyebalkan. Ia banyak menuntut ayahnya, marah ketika ayahnya tidak ada ketika dibutuhkan, memaksa menemui teman ketika dilarang oleh ayahnya.

Akan tetapi, bukannya hal itu normal terjadi ketika anak berusia 13 tahun? Oke, Euis memang sudah masuk ke fase remaja, tapi fase itulah yang sebenarnya butuh pendampingan ekstra sebab ia sedang mengalami transisi dari usia anak-anak ke remaja.

Pendampingan Abah dan Emak penting untuk anak seusia itu, apalagi latar waktu film Keluarga Cemara ini ada di masa kini, di mana banyak hal yang perlu diawasi orang tua untuk membimbing anak mereka supaya tidak terjerumus ke pertemanan yang salah.

Lalu, Euis juga mau membantu Emak untuk berjualan, meskipun awalnya enggan. Ia tidak protes meski harus melanjutkan sekolah yang tidak sebagus sekolah lamanya. Itu menunjukkan kedewasaan dari tokoh Euis, walaupun usianya masih 13. Walaupun ada saat-saat ia memaksakan kehendak, itu masih tertutupi sikap positifnya yang menerima keterpurukan keluarganya, tanpa jadi anak nakal yang suka membangkang.

Zara membawa tokoh Euis ke dunia nyata dengan baik. Berbeda dengan saat ia memainkan tokoh Disa di Dilan 1990 (2018), di mana perannya tak terlalu berdampak pada film tersebut. Mungkin karena semua perhatian tertuju pada tokoh abangnya Disa, yakni Dilan.

Ara
Di tengah semua drama kehidupan yang dihadapi Abah, Emak, dan Euis, ada tokoh Ara. Kalau boleh, Warta Ekonomi menganggapnya sebagai oasis di tengah gurun pasir; membuat suasana yang tegang jadi rileks kembali.

Widuri benar-benar menunjukkan kepolosan seorang anak SD dalam menghadapi masalah yang menerjang keluarganya. Baginya, masalah tak penting. Yang terpenting, ia bisa sekamar dengan Teh Euis, bisa memakan masakah Emak tiap hari, dan bisa bercengkrama dengan Abah setiap saat. Sederhana, tetapi hal itu terkadang dilupakan oleh orang dewasa karena terlalu sibuk dengan masalah dan drama kehidupan.

Perpaduan 4 karakter utama dalam Keluarga Cemara itulah yang akhirnya mampu mengaduk-aduk emosi penonton. Detik pertama kita bisa saja tertawa, namun detik selanjutnya sudah berlinang air mata. Jadi, sediakan tisu atau sapu tangan bila ingin menyaksikan film Keluarga Cemara.

2. Masalah yang diangkat sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari

Seorang bapak yang harus menjadi tulang punggung keluarga harus merasa bersalah karena tak bisa berbuat banyak untuk keluarganya. Ibu yang selalu ada untuk suami dan anak-anaknya, serta harus menjadi pilar yang menguatkan keluarga ketika berada di titik terendah. Anak remaja yang labil sehingga sikapnya kerap kali berubah-ubah, serta anak kecil yang belum mengerti masalah keluarga--setidaknya, kita pernah merasakan menjadi Abah, Emak, Euis, bahkan Ara, di kehidupan masing-masing.

Masalah yang disajikan mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Para tokoh di film Keluarga Cemara mungkin mirip dengan seseorang yang kita kenal secara pribadi. Oleh karena itu, penonton bisa dengan mudah merasa tersentuh hanya dengan adegan-adegan yang disajikan oleh sang sutradara dan penulis skenario, Yandy Laurens dan Gina S. Noer.

Perlu diketahui, para mitra pengemudi ojol yang juga menyaksikan Keluarga Cemara bersama Warta Ekonomi, mengaku menangis ketika film selesai diputar. Kerja bagus untuk tim Keluarga Cemara yang telah mengaduk-aduk perasaan para mitra pengemudi.

3. 'Modernisasi' untuk Tokoh Keluarga Cemara

Dalam sinetronnya, Abah berprofesi sebagai tukang becak. Sementara di filmnya, Abah menekuni pekerjaan sebagai pengemudi ojek online. Perbedaan profesi itu dibuat untuk mengikuti keadaan yang terjadi di dunia nyata karena adanya perlembangan teknologi.

Namun, modernisasi lain pada riasan tokoh Emak, sepertinya terlihat kurang relevan dengan sosok ibu rumah tangga. Alis yang on-point, dengan kuku-kuku rapi meskipun Emak rutin melakukan pekerjaan rumah tangga. Mungkin ia rutin merawat kukunya ya?

4. Visual Menarik, Namun Terlalu Lama

Gambar-gambar bergerak yang ditampilkan pada awal film menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton yang mengajak anak kecil. Sebab visual yang disajikan benar-benar cocok untuk anak-anak. Gambar pohon, rumah, kupu-kupu ala anak kecil menjadi nilai tambah dari film ini.

Namun, bagi sejumlah orang dewasa, durasi dari pembuka film itu mungkin terlalu lama. Mereka akan lebih teratrik dengan isi ceritanya, bukan pembuka dengan nama-nama orang di balik layar.

5. Musik Pengiring yang Ciamik

Lantunan suara dari penyanyi seperti Bunga Cutra Lestari dan Banda Neira, mengiringi adegan demi adegan dalam film. Jajaran musisi yang dipilih memiliki suara yang cocok dengan potongan-potongan gambar yang tampil di layar lebar.

Musik yang diputar disesuaikan dengan adegan yang sedang dimainkan. Jadi, musik tersebut membuat suasana dalam film semakin nyata. Penata musik film Keluarga Cemara memiliki selera yang menarik.

Secara keseluruhan, film Keluarga Cemara mendapat nilai 9,5 dari 10 poin. Benar-benar sebuah film yang cocok untuk ditonton bersama keluarga di akhir pekan nanti. Jadi, bagi yang belum menyaksikan film tersebut, segera ajak keluarga dan berjuanglah bersama Abah, Emak, Euis, serta Ara dalam sebuah tayangan penuh drama sekaligus humor di layar lebar seluruh Indonesia.

Sesuatu yang akan disadari setelah menyaksikan film ini, keluarga memang harta yang paling berharga. Semoga keluarga Anda menjadi sekuat pohon cemara, yang tahan dengan berbagai keadaan musim. Sama seperti keluarga Abah, Emak, Euis, Ara, dan Ragil.

Baca Juga: Bali Dukung Wacana Konser Artis Internasional di Indonesia

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: